Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - Penulis novel: Damar Derana, Tresna Kulasentana, Centini, Gelang Giok, Si Bocil Tengil, Anyelir, Cerita Cinta Cendana, Rahim buat Suamimu, dll. Buku tunggal 29 judul, antologi berbagai genre 169 judul.

Masih terus-menerus belajar: menulis, menulis, dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sang Penolong

3 September 2024   12:42 Diperbarui: 3 September 2024   12:44 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sang Penolong
Oleh: Ninik Sirtufi Rahayu

Di sebuah tepian hutan yang cukup rimbun, hiduplah beberapa ekor hewan dengan aman dan nyaman. Di antara hewan-hewan itu adalah seekor monyet bernama Monte dan sekelompok keluarga rusa. Jumlah rusa tersebut sekitar dua puluhan ekor. Ada yang sudah tua, tetapi ada juga yang masih anak-anak. Mereka satu keluarga besar.
"Duhai, Monyet yang sangat tampan!" ujar seekor rusa tua kepada seekor monyet remaja yang gagah perkasa.
"Iya, Bibi. Ada apa?" sahut si monyet santun.
"Bisakah kamu menolong keluarga kami?" lanjut rusa tua.
"Tentu saja bisa. Apa yang harus saya lakukan?" selidik si monyet antusias.
"Ini ... kami kesulitan mencari daun muda karena pepohonan tinggi-tinggi. Apakah kamu bisa menolong?"
"Oh, of course!" balas si monyet sambil tersenyum.
"Kamu bilang apa, Monte?" tanya salah seekor anak rusa.
"Oh, aku bilang of course. Itu bahasa Inggris. Artinya, 'tentu saja', Kawan!" jawab Monte bangga.
"Waaahhh! Kamu pandai sekali, Monte! Kamu luar biasa!" puji seekor anak rusa.
"Nggak, kok. Biasa saja. Kamu juga bisa kok kalau mau belajar dengan rajin. Boleh belajar denganku, mau?" ajak Monte.
"Baiklah. Aku mau, Kawan!"
"Siap, nanti kita agendakan, ya!" jawab Monte.
"Kalau begitu, mari ... tolonglah kami! Ambilkan  kami pupus dedaunan itu, Monte!" pinta seekor rusa paruh baya berharap.
"Siap!" balasnya.
Monte bergegas mengajak kawanan rusa itu ke sebuah pohon. Ia segera memanjat, menekan dengan kuat. Ia menggoyang-goyangkan badan pada salah sebuah dahan agar bisa merendah sehingga dapat digapai oleh para rusa. Namun, karena hanya sendiri, si monyet kewalahan menekan dahan itu. Sangat sulit dilakukannya.
Di dalam hatinya timbul pikiran cemerlang. Seandainya beberapa ekor yang menekan dan menggoyang, pastilah dahan menjadi rendah. Dengan dilakukan oleh banyak tenaga, pastilah dapat dilakukan dengan  mudah!
"Kawan, bagaimana kalau aku memanggil teman-temanku dan mengajak untuk bersama-sama menekan dahan pohon ini? Kalau beberapa ekor temanku mau membantu, pasti kalian semua bisa makan!" usulnya lantang.
"Baiklah, ide brilian, Monte!"
"Oke. Tunggulah sebentar, aku akan memanggil teman-temanku!"
"Kami akan sabar menunggu bantuanmu, Kawan!" jawab para rusa serempak.
Kawanan rusa tersebut menunggu si Monte mencari bala bantuan. Mereka dengan santai duduk-duduk di tanah, di bawah pohon. Ada yang berbaring berebahan  karena perut mereka memang sudah terasa sangat lapar. Jadi, tentu saja badan terasa lumayan lemas.
Tidak lama kemudian, si Monte segera masuk ke dalam hutan dengan memanjat, bergelantungan, dan melompati dahan dan ranting. Ia sambil berteriak memanggil kawanannya. Tentu saja tidak membutuhkan waktu lama, datanglah beberapa ekor monyet sebaya sambil berteriak-teriak gembira.
Dalam sekejap datanglah berbondong-bondong sahabat  mudanya dengan antusias.
"Hai, Monte! Ada apa kamu berteriak memanggil-manggil kami?" tanya teman-teman yang baru datang.
"Iya, Kawan. Aku ingin kalian membantuku menekan dahan agar sahabat kita para rusa ini bisa menggapai daun. Dengan demikian, mereka bisa makan sehingga tidak kelaparan. Bagaimana? Apa kalian setuju?"
 "Oh, dengan senang hati!" jawab kawanan itu spontan.
Kira-kira sekitar lima belas ekor monyet remaja segera memanjat pohon dan bersama-sama menekan dahan agar para rusa bisa menjangkau daun yang dibutuhkan. Ketika kawanan rusa bisa menggapai daun-daun yang dibutuhkan, kawanan monyet menjerit-jerit riang.
Tepian hutan itu tiba-tiba menjadi ramai. Setiap mereka berhasil membantu rusa untuk menggapai daun, secara spontan mereka riuh bersorak. Kawanan rusa pun bersemangat menggapai daun yang sengaja diinjak dengan kuat atau digelantungi dengan perkasa.
"Wuahh,  ... asyik sekali! Ternyata, dengan membantu sahabat itu membuat hati kita sangat gembira, ya!" ujar salah seekor monyet sambil mengayun-ayunkan dahan.
"Iya, betul! Selama ini aku tidak pernah berpikir kalau sebenarnya bisa membantu sahabat binatang lain yang kesulitan mencari makanan!" ujar salah seekor monyet.
"Jika tidak dimintai tolong, aku pun juga tidak pernah berpikir membantu mereka, kok!" sahut Monte.
"Iya, selama ini kita tidak pernah berpikir bahwa ... mereka mengalami kesulitan untuk memakan dedaunan, padahal ternyata kita sangat bisa membantu mereka. Berarti selama ini ... kita ...."
"Egois, jahat, dan tidak peduli!" jawab Monte menunduk.
"Nah, iya! Kita terlalu jahat. Kita mengedepankan kepentingan sendiri, tetapi menyesampingkan kebutuhan hewan lain, iya nggak sih?" sambut salah seekor kawan Monte.
"Betul! Kita ini sungguh ... tidak tahu bersyukur. Diberi anugerah oleh Allah mampu memanjat dan bermain di atas pohon, sementara kawan kita kelaparan ... kita cuek dan acuh saja!" ucap salah seekor monyet lain.
"Iya! Kita ini jahat!" seru beberapa hewan itu sambil menunjuk diri sendiri.
"Hai, Kawan! Jangan menyalahkan diri sendiri! Kami sungguh sangat berterima kasih kepada kalian! Semoga budi baik kalian dibalas oleh Tuhan!" seru dan doa anak-anak rusa.
Mereka sangat senang karena  bisa memperoleh makanan sehat dan bernilai gizi tinggi. Selama ini mereka hanya mampu mendongak, melihat ke atas, tanpa mampu menjangkau dahan yang menjulang. Namun, hari ini mereka bisa kenyang karena bantuan kawanan monyet baik hati.
"Iya, sama-sama. Jangan segan, malu, atau takut untuk meminta tolong, ya! Kalau kami bisa, pasti kami akan berusaha membantu kalian!" sambut beberapa monyet remaja yang baik hati itu.
"Maafkan kami yang selama ini tidak peduli dengan kalian, ya!" ucap Monte dengan netra berembun.
"Kali lain, kami pasti akan membantu kalian!" seru sahabat Monte bersahutan.
"Wah, kalian benar-benar malaikat tanpa sayap!" seru rusa tua dengan berapi-api.
"Terima kasih, ya!" ucapnya sambil mengusap air mata dengan ujung bajunya.
"Jangan menangis, Sahabat!" hibur salah seekor monyet.
"Aku sungguh terharu! Setua ini ... baru kali ini ada kawanan remaja sebaik kalian. Semoga apa yang kalian inginkan dikabulkan oleh Tuhan!"
"Amin, amin!" sambut kawanan hewan itu bersamaan.

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun