Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - Penulis novel: Damar Derana, Tresna Kulasentana, Centini, Gelang Giok, Si Bocil Tengil, Anyelir, Cerita Cinta Cendana, Rahim buat Suamimu, dll. Buku solo 29 judul, antologi berbagai genre 171 judul.

Masih terus-menerus belajar: menulis, menulis, dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tak Terselami Manusia

28 Agustus 2024   19:36 Diperbarui: 28 Agustus 2024   19:40 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Oh, ini loh ... Tata mau bikin kopi. Sedikiiitt saja, soalnya ngantuk banget, sementara tugas kuliah belum kelar!" dalihnya.

"Oh, gitu ... Bibi bingung soalnya Non Tata nggremeng1 sendiri. Takutnyaaa ...."

"Hah? Takutnya kenapa?" bentak Tata sambil membelalak.

"Hehe ... nggak ... cuma heran saja, tumben ngomong sendiri, padahal nggak sedang menelepon. Wajar, 'kan kalau Bibi bingung dan takut? Sabar, Non!" jawab Bi Imah agak ketakutan juga. Takut  kalau nona kecilnya yang sudah beranjak dewasa ini marah-marah.  

"Bi, ini biasanya takarannya kopi satu sendok teh, gula empat sendok teh, 'kan? Ukuran biasa!"

"Iya, bener!"

Setelah kopi hangat siap, Tata segera menghirup pelan-pelan. Dinikmati di ruang tamu sambil menyelonjorkan kaki. Beruntung Mama Papa belum datang dari kantor sehingga Tata bisa berulah dengan bebas. Ahaha, ... jika ada beliau pasti dinasihati begini begitu. Apakah tentang cara duduk atau busana bebasnya. Maklum, kedua orang tua pasti menghendaki gadis cantiknya itu berperangai bak bidadari atau putri ningrat2.

Apalagi, sebentar lagi sudah harus siap menjadi menantu orang. Jadi, sikap dan perilakunya harus dijaga sebaik mungkin. Bukankah keluarga sang calon memiliki satu putra, sang kekasih, dan dua gadis remaja seusia adik-adiknya? Nah, kalau terlihat urakan3, pasti mempermalukan keluarga juga, toh! Tata harus membawa adat dan adab keluarga yang tergolong ningrat. Sang ibunda pun masih trah4 keraton dengan gelar raden roro yang disingkat RR di depan namanya.

Papa biasanya datang sekitar setengah enam sore, sementara Mama juga hampir bersamaan. Kedua orang tuanya berdinas di kantor berbeda, dengan arah berbeda pula. Maka, Tata terbiasa dengan Bi Imah sejak kecil sehingga hal itu sudah biasa dialami. Sepi dan kesepian itu merupakan kondisi yang harus diterima dan dinikmatinya. Maka, sebagai putri semata wayang, dia pun menyibukkan diri dengan aktivitas positif. Selain kuliah, ia masih menyempatkan diri untuk kursus public speaking dan Bahasa Inggris sesuai minat bakatnya.  

Tata duduk sambil lalu memperhatikan siaran televisi. Tetiba disiarkan dalam Breaking News bahwa pesawat menuju Papua sore ini hilang kontak. Diperkirakan hilang di perairan Masalembo. Seketika Tata menjerit. Hampir saja cangkir yang dipegangnya jatuh.

"Ada apa, Non?" teriak Bi Imah tergopoh-gopoh ke ruang tamu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun