Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - mengisi usia senja dan bercanda dengan kata

Menulis sesuka hati, senyampang ada waktu, dan sebisanya saja

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Ketika si Cantik Lahiran

23 Agustus 2024   18:50 Diperbarui: 23 Agustus 2024   18:54 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Ketika si Cantik Lahiran
Oleh: Ninik Sirtufi Rahayu

"Pantas sejak kemarin si Cantik ini bingung saja. Ia mencari-cari tempat rupanya. Tas besar yang sering digunakan untuk bermain sudah dipindah ke bawah, tetapi masih kebingungan saja. Rupanya ia merasa hendak lahiran!" ujarku pada suami.

"Iya, tidak menyangka ternyata hamil!" sambut suamiku menggeleng-geleng.

"Ya, benar! Kukira masih kecil. Cuma aku merasa kok putingnya montok!"

"Nah, itu kan yang kusebut kemarin. Kata Mama kayak gadis pringkilen, mulai motok payudaranya!" imbuh suami.

"Iya, ketika kutanyakan kenapa putingmu seperti siap menyusui, dia diam saja hahaha ... saat kuraba perutnya pun, aku tak merasa ada bayinya!" dalihku.

"Lah iya ... setiap malam tidur sama Mama pun, nggak pernah menyangka hamil, kan?"

"Aku ingat ... tiga bulanan lalu, ketika dia masih belum sebulan di rumah, ada kucing jantan yang menaikinya, kan?"

"Nah, benar! Kucing yang kuusir itu, kan?"

"Iyaaa ... malah kumarahi karena saat itu si Cantik kan masih kanak-kanak. Lah, kok ... ternyata hamil!"

"Untung anaknya hanya satu! Bisa kewalahan kita jkalau lebih dari satu!"

"Bener banget, Pa! Si Kumoru bapak yang jarang pulang, sekalinya pulang minta makan dengan porsi jumbo. Lalu ... si Jelita juga gampang lapar. Jenis persia memang doyan makan banget, kan?"

"Hahaha ... belanja ikan bisa bengkak! Tiap dua hari sekali sekitar tiga puluh ribu, belum susunya ...!"

"Kita berdoa saja Pa, Tuhan pasti memberikan kesehatan, kekuatan, dan rezeki berlimpah karena kita ikut menyayangi, memelihara, dan menyediakan makan minum makhluk ciptaan-Nya!" sahutku.

"Iya ... semua kucing datang pasti karena kasih Tuhan semata! La ... aneh. Si Miska yang memang sengaja kita adopsi ternyata membawa anak jantan. Kucing itu seolah menjawab keinginan Mama, kan?"

"Bener. Miska kumarahi ... kuancam juga, 'Aku akan cari kucing putih bermata biru kalau kau nggak pernah pulang!' Ehh, malah dia bawakan anaknya seperti keinginanku. Sayang dia nakal dan jahat pada anaknya!"

"Lalu ... si kucing bermata biru yang Mama beri nama Kumoru (kucing moto biru) itu ... hahaha ... akhirnya juga membawa anak cewek! Seperti keinginan Mama juga, kan?"

"Ho ... oh. Saat mantan muridku menawari kucing orange, jadi kepingin punya. La ... kok anaknya si Kumoru orange beneran! Ya ... si Cantik ini!"

"Lalu, bukankah Mama juga berkeinginan memelihara jenis persia kembali, kan?"

"Nah, bener! Dua bulan lalu ... tiba-tiba datanglah si Jelita! Orange dan peranakan persia juga. Kalau dipikir-pikir kok bisa mereka datang ke rumah kalau bukan karena Allah, kan?"

Suami mengangguk-angguk setuju.

"Itulah! Semua yang Mama inginkan selalu dijawab dan dikabulkan oleh Tuhan. Luar biasa, kan?"

"Banget! Apa pun yang kuinginkan selalu diberikan-Nya sebagai anugerah terindah! Terpujilah Tuhan yang luar biasa!"

"Ngomong-omong, si Cantik ini pintar sekali, ya, Ma!"

"Iya, lahiran saja menunggu kita sampai di rumah! Menunggu Mas Iko tiba dari Jakarta!"

"Hmmm ... 23-08-24 jam berapa tadi lahirannya, Ma?"

"Tadi ketika Mas Iko memberi tahu itu, anaknya sudah di luar dan induknya sedang memakan plasentanya! Kurasa sekitar pukul 10.00-an, Pa!"

"Iya ... dia juga tenang dan sayang banget sama anaknya!"

"Kuberi nama Dandeli, ya, Nak, Pa!"

"Kok angel jenenge, Ma!" jawab Mas Iko. "Manja wae, Ma! Jenengno Manja wae!" usulnya.

"Hehehe ... iya, Manja ya boleh," jawabku.

"Sepertinya ini masih ada lagi anaknya! Menurut Google sangat jarang kucing melahirkan hanya seekor!" lanjut Mas Iko.

"La ... gimana? Kan kita nggak tahu?"

"Yo wes, ditunggu aja! Kan jarak lahiran selama 24 jam, Ma!"

"Iya," sambutku.

"Dah, dimakan dulu nih tahu campurnya. Paling tidak Papa sudah tahu tempatnya ... nanti kalau mau beli sendiri!"

"Oke, terima kasih, Nak!"

Malang, 23082024

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun