Nasihat Bijak
Oleh: Ninik Sirtufi Rahayu
Pagi itu si Teko nggruguh. Bahasa Jawa ini kalau diterjemahkan artinya merasa tubuhnya berada di dalam kelemahan luar biasa. Dia bergumam tidak beraturan, berkeluh berkepanjangan. Berkomat-kamit dengan bibir bergeletaran.
"Huhuhuuu ...," Â keluhnya dengan irama bergelombang gemetaran.
"Ha, kamu kenapa Teko?" tanya Mug, si cangkir besar, yang berada di sebelahnya.
 Sambil mengatup netra, dia menjawab, "Ba-badankuuu ...,"
"Kenapa dengan badanmu?" selidik Mug peduli.
"Ntah ... aku mau mati rasanya!"
"Hust! Sok tahu! Jangan mengigau, kamu!" bentak piring kecil yang biasa digunakan si Tuan untuk mendinginkan minuman.
"Huu ... huuu, kamu enggak tahu sih, betapa sakitnya tubuhku!" tandas Teko sewot.
"Kamu itu jangan melebih-lebihkan! Hal-hal kecil bisa ditanggulangi dengan bersyukur. Bernyanyilah, pasti rasa sakitmu akan teralihkan!" usul piring kecil serius.
"Huuuu bagaimana aku mau bernyanyi? Bersenandung saja pasti suaraku fals!" keluhnya.