Keempat pesakitan masih tertunduk membisu.
"Tidak ada orang tua ataupun guru yang mengajar dan mendidik putra-putrinya menjadi pecundang atau pem-bully! Tuhan, dalam semua agama, mengajarkan untuk saling mengasihi, menghormati, bahkan menyayangi antarumat. Semua umat diciptakan-Nya dengan baik, dengan kebijaksanaan mahasempurna. Maka, siapa pun yang menghina sesamanya, artinya ... menghina penciptanya! Jadi, kalau kalian menghina sesama dengan cara apa pun atau bagaimana pun, berarti kalian telah menghina Tuhan!" tutur Pak Hamid dengan berapi-api.
"Nah, kalian tahu akibatnya kalau menghina Tuhan, Nak?" lanjut Bu Rini.
"Kehancuran menanti kalian! Pasti itu! Kehancuran bisa terjadi di berbagai segi dan lini! Lalu, apakah kalian sadar dampak hebat dari kelakuan kalian sebagai pem-bully itu?" lanjut Pak Hamid.
Satu demi satu gadis-gadis tersebut mulai goyah. Tampak sikapnya mulai resah. Duduk pun bergerak-gerak seakan ingin pindah.
“Yang jelas, kami akan menghadirkan orang tua kalian. Konsekuensinya, mungkin kalian akan diberi peringatan. Jika tetap tidak berubah, sanksinya bisa saja dikeluarkan dari sekolah!” sambung Bu Rini tegas.
“Kalian kan tahu peraturan sekolah ini? Jelas-jelas tidak diizinkan membuat geng apalagi bertujuan untuk tindakan negatif semacam bullying. Itu tergolong kriminal, tahu! Kenapa kalian nekad, ha?” raut Pak Hamid tampak memerah.
"Apa yang kalian inginkan? Besok kalian harus datang bersama orang tua! Sementara, kami masih akan melacak lagi, siapa-siapa yang pernah atau sedang dalam target untuk kalian bully! Alangkah bagus kalau kalian sebutkan sekarang sebelum kami mengetahui jejak kalian dari orang lain!" sebut Pak Hamid mulai meradang.
"Kalau tidak, sekarang saja kita minta orang tua masing-masing menjemputnya di sekolah, Pak!" sambung Bu Rini.
"Benar! Kalau mereka tidak mau berterus terang dan menjelaskan detail ulahnya, baiklah akan kita kondisikan agar dijemput orang tua masing-masing!" Pak Hamid sepakat atas usulan Bu Rini.
Mendengar akan perihal pemanggilan kedua orang tua, tampaknya membuat mereka resah gelisah juga. Tak urung ciut juga nyalinya. Keempat gadis itu memang berasal dari keluarga berada, tetapi masing-masing dengan problem kekeluargaan. Dari keluarga pecah tepatnya. Anak-anak broken home yang mencari perhatian orang tua dengan ulah luar biasa.