Segala sesuatu telah dipersiapkan dengan baik dan sebaik-baiknya. Anak-anak lelaki telah didandani dengan coreng-moreng di wajah, sementara anak-anak perempuan bertindak sebagai perawat atau juru masak. Yang menjadi perawat akan pura-pura merawat tentara yang sakit, terkena peluru, atau senjata tajam. Sementara, yang lain menyiapkan jajan dan minum sebagai  hadiah bagi anggota pasukan yang menang. Kelompok ini sebagai tim konsumsi. Makanan dibawa dari rumah masing-masing.
Akan tetapi, sosok yang ditakuti oleh anak-anak itu tetiba menghampiri mereka. Tidak sempat berlari atau bersembunyi, terpaksa beberapa anak itu mendengarnya berbicara.
"Kalian itu cuma bisa mengganggu saja! Berisik! Belajar sana agar menjadi pintar!" teriaknya membuyarkan anak-anak.
"Tetapi kami masih ingin bermain, Pak. Mumpung bulan sedang purnama!" dalih Arka jelas diiyakan sebanyak sepuluhan anak yang hadir.
"Kan siang kalian sudah puas bermain, mengapa harus malam hari? Malam itu untuk ibadah dan istirahat! Apakah kalian rajin belajar dan mengaji? Catat dan ingat! Kalian harus melakukan tugas dan kewajiban agama dengan baik!" selorohnya kembali.
Tanpa dikomando, secara serempak anak-anak mengucapkan, "Huuuuu ....!" panjang sekali sambil melelet.
***
Anak-anak tetap bersikeras melanjutkan permainan dengan aturan baru. Jangan mendekati rumah Pak Burhan. Sosok yang dianggap tidak ramah dan selalu melarang-larang kegemaran anak-anak. Mereka membatasi diri, bermain hingga pukul 20.15 saja. Setelah itu harus pulang ke rumah masing-masing. Pukul 21.00 sudah harus tidur agar keesokan harinya masih bisa ke sekolah tanpa kantuk.
Pak Burhan tergolong orang baru di kompleks kampung itu. Belum setahun pindah ke desa. Namun, sosoknya tidak begitu friendly terhadap anak-anak kecil. Beliau cenderung dikenal sebagai orang yang disiplin dan galak di mata anak-anak.
 Pada  purnama bulan berikutnya, anak-anak ingin mengulang keseruan bermain perang-perangan kembali. Persiapan pun dilakukan lebih terkoordinasi. Kali ini Arka mendapat dukungan dari nenek yang mempersiapkan burjo setelah permainan selesai. Sang nenek ingin memberikan kebahagiaan kepada cucu dan kawan-kawan sebagai hadiah nilai rapor yang lumayan bagus.
Namun, sore itu beberapa orang hilir mudik menuju rumah Pak Burhan. Bahkan, orang tua Adit meminta agar anak-anak tidak bermain karena ada berita duka.