Pemikiran ini sempat kudiskusikan dengan suami, khususnya berkenaan dengan kehadiran si janda. Berharap banget suami tidak lagi mengusirnya dengan cara tidak manusiawi ...  eh, salah tidak kucingawi ding! Hehe  ...
Aku  terkekeh sendiri saat menulis kata-kata ini. Mana ada istilah kucingawi, coba? Mentang-mentang ada manusiawi, lalu mencipta kosakata baru. Harus melapor ke Pusat Bahasa, kali ya? Ada-ada saja!
Bagaimana pun aku tetap bisa belajar dari para kucing di sekitar dan lingkunganku. Ada yang berlaku sangat manja, khususnya ketika sedang lapar. Ada juga yang pandai, mendengar dan memperhatikan manakala dipanggil, atau diajak bermain-main. Bahkan, ada yang cuek saat tidak membutuhkan makanan. Tingkah polahnya yang lucu pun menggemaskan. Â Hewan sekecil itu sudah bisa membedakan siapa yang suka dan tidak suka padanya.
Hmmm, tulisan receh dan remeh ini menurutku sangat penting buatku, sih. Jangan abaikan pelajaran hidup dari lingkungan! Dari semut atau rayap yang kecil itu, atau dari kucing yang berada di kaki sedang merajuk. Itu saja, sih! Sementara itu dulu, nanti kalau ingat lagi pasti akan kutuliskan dalam mode sunting saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H