Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - belajar mengingat dan menulis apa yang diingat

Menulis dengan sukacita sebab hati yang gembira adalah obat

Selanjutnya

Tutup

Diary

Bagai Parang Bermata Ganda

15 Juli 2024   09:55 Diperbarui: 15 Juli 2024   18:57 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Sedih, galau, kecewa berbaur menjadi satu. Beruntung beliau ingat pernah ikut nubar (nulis bareng) bersamaku, mengetahui aktivitasku dalam pendampingan dan penyuntingan buku solo. Oleh karena itu, langsung beliau mencoba menghubungi dan mengemukakan permasalahan yang dihadapi kepadaku lewat WhatsApp.

Dikemukakanlah permasalahan yang dihadapi itu dengan kesedihan mendalam. Selanjutnya, karena tidak ingin mengecewakan putranya, beliau ingin meluluskan permintaan sang putra dengan terbit cepat.

Setelah berbincang-bincang beberapa saat, tugas editing kuambil alih dan segera kuselesaikan secara kilat. Selanjutnya, berdasarkan kesepakatan, direncanakanlah meminta agar bisa terbit cepat. Setelah kuselesaikan dalam waktu sehari, kuantarlah naskah ke salah sebuah penerbit dengan jalur VVIP. Jalur sangat cepat dengan estimasi sepuluh hari selesai.

Di sini bukan masalah harga yang dipertanyakan, melainkan sebuah janji dan ketulusan hati seorang bunda yang dipertaruhkan! Bukan masalah berapa harga proses hingga cetak, melainkan harga diri dan nama baik sang bunda yang telah menyanggupi dan karena kesibukan melalaikan kesanggupan tersebut.

Aku jadi teringat akan peribahasa 'kasih ibu sepanjang jalan, kasih anak sepanjang penggalan.' Benar-benar terasa ketika mendengar curhat teman di atas. Apa sih yang enggak, buat si buah hati? Apalagi kalau yang diminta si buah hati adalah sesuatu yang bermanfaat baik bagi dirinya maupun bagi orang lain?

Melihat keistimewaan si buah hati yang sedang getol-getolnya belajar menulis, sang bunda pun cancut tali wondo, rawe-rawe rantas, malang-malang tuntas!  Segera menangani tanpa peduli berapa harga yang harus dibayar! Sungguh aku begitu salut, angkat topi, sekaligus acungkan jempol tangan kanan kiri! Anak dan emak yang hebat dan luar biasa.

Perlu kurenungkan dan kupertanyakan dalam hatiku, apakah demikian juga yang kulakukan jika buah hatiku meminta? Sedikit tamparan manis yang cukup menohok, bukan?

Kisah yang kuberi titel bagai parang bermata ganda ini, semoga bisa menginspirasi siapa pun pembacanya. Allah tidak kekurangan cara untuk menyalurkan rezeki kepada umat-Nya sekaligus cubitan halus bagi seorang ibu yang berupaya memfasilitasi proses pertumbuhkembangan talenta si buah hati.

Salam hangat buat pembaca budiman. Terima kasih telah berpartisipasi menyempatkan waktu membaca goresan pena ini. Tuhan memberkati dengan kesehatan dan kesuksesan Anda dan keluarga, amin.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun