Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - belajar mengingat dan menulis apa yang diingat

Menulis dengan sukacita sebab hati yang gembira adalah obat

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Gelang Giok (Part 12)

13 Juli 2024   17:51 Diperbarui: 13 Juli 2024   17:56 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Glenmore: Desa Harapan Masa Depan

Setelah beristirahat makan dan istirahat sejenak mereka melanjutkan perjalanan. Dua jam kemudian, sampailah mereka ke kota tujuan: Glenmore. Desa asal sopir kesayangan ini menjadi tujuan pelarian keluarga tersebut. Sementara, dilansir nama desa yang unik ini ternyata memiliki sejarah asal-usul yang luar biasa.

Seorang lelaki asli kelahiran desa itu penasaran banget sehingga melakukan penelitian mendalam. Adalah Arif Firmansyah bersama rekan bernama M. Iqbal Fardian pada akhir tahun 2019 berdasarkan penelitiannya berhasil menerbitkan buku sebagai jawaban atas rasa penasaran terhadap nama unik desa kelahirannya itu. 

'Glenmore: Sepetak Eropa di Tanah Jawa'. Buku setebal 116 halaman tersebut kaya akan informasi mutakhir dan penulis kemas secara menarik. Dilengkapi data riset begitu kuat dan ditampilkan dengan gaya tulisan bertutur sehingga memikat dan tidak membosankan.

Glenmore ini kata asli, bukan kata serapan. Dari penelusuran Arif dan Iqbal tersebut,diketahui bahwa di dunia ini ada 15 tempat menggunakan nama yang sama: Glenmore. Di Amerika Serikat ada 9 tempat menggunakan nama Glenmore yang tersebar di negara bagian Wisconsin, West Virginia, Virginia, Ohio, New York, Maryland, Louisiana, Kentucky, dan Georgia. Di Irlandia ada di 4 tempat, yakni: Roscommon Town, Kilkenny Town, Kildare Town, dan Clare Town. Satu di Inggris, yaitu di Council Area Skotlandia. Ada juga di Australia tepatnya di area suburban Sydney. Di Indonesia, hanya ada satu, yakni di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.  

Selain sebagai nama kota, Glenmore juga dipakai untuk nama hotel, mal, arena golf, sampai arena petualangan out door di alam terbuka. Penulis buku  mengungkapkan bahwa semua daerah yang bernama Glenmore tersebut memiliki kesamaan, yakni kontur daerah berbukit-bukit.

Pada masa pendudukan kolonial Belanda, Glenmore sengaja dirancang menjadi kota penting. Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila banyak peninggalan bersejarah di kawasan tersebut. Salah satu di antaranya pabrik pengolahan karet yang dibangun pada 1910. Selain itu, ada 'sarengan' atau pipa air sepanjang satu kilometer yang berfungsi untuk menggerakkan turbin. Dipaparkan bahwa proyek ini dikerjakan oleh Firma Carl Schlieper Surabaya pada 1920. 

Ada juga peninggalan berupa ketel uap buatan Ruston Proctor dan CL Lincoln, Inggris tahun 1920 yang digunakan sebagai penggerak turbin pengolahan karet dan kakao. Bahkan, beberapa tempat bersejarah yang selalu dikunjungi wisatawan mancanegara, antara lain pabrik pengolahan karet, kopi, dan kakao di Perkebunan Glenmore.

Nu dan istri terhenyak saat mendengar penuturan Suyud tentang desanya itu. Kalau dia merantau bertahun-tahun ikut orang tua Nu, saatnya kini kembali ke tanah kelahiran. Sungguh tak pernah dia menyangka kalau Tuhan memiliki rencana hidup yang pelik seperti ini. Ternyata, Suyud dipakai oleh Tuhan sebagai perpanjangan tangan untuk menyelamatkan keluarga juragan sepuh-nya ini. Berlelehan air mata menyadari hal itu sekarang.

"Pohon kakao yang telah dewasa dan menghasilkan buah tersebut perlu penanganan lebih khusus, Yud. Jangan biarkan benih yang ditanam ayahmu itu sia-sia. Aku dan bibimu pun sudah saatnya pensiun. Tenaga kami sudah tidak mampu lagi menanganinya! Kini giliran kamulah yang harus mengelolanya."

"Benar, Nak. Usia kami sudah semakin senja. Janganlah bebani kami dengan tugas berat. Kami ingin beristirahat menikmati masa tua!" tutur Bibi menimpali.

Kedua orang tua yang masih tampak sehat itu menerima Nu, istrinya, dan Suyud dengan sukacita luar biasa.

"Tunailah sudah tugas kami menjalankan amanah orang tuamu!" lanjut sang paman. "Kami serahkan kepadamu tugas, kewajiban, dan tanggung jawab kami!"

"Ito, Eda, karena Paman dan Bibi sudah menyerahkan kepengurusan kebun kakao almarhum orang tua saya, dengan ini pula saya memohon bantuan untuk bisa mengelolanya dengan baik. Saya sadar pengetahuan saya tentang perkebunan sangat minim, bahkan tidak ada sama sekali. Jadi, izinkanlah saya memohon bantuannya," pinta Suyud kepada kedua juragan mudanya itu.

"Paman bermimpi sejak beberapa saat silam untuk bisa pulang ke rumah kami. Kalau hari ini kalian datang, artinya Allah mengizinkan mimpi Paman itu menjadi kenyataan. Karena itu dalam beberapa hari ke dapan, setelah menunjukkan kepada kalian tata cara bertani kakao, kami berdua akan pulang ke Blambangan. Hasil kebun selama ada di tangan saya, telah Paman wujudkan dalam bentuk kebun kembali sehingga luas lahan setiap tahun bertambah. Paman tidak meminta apa-apa, tetapi hanya meminta pulang saja. Biarlah ini sebagai hadiah buatmu, Suyud ... karena kakak kandung Paman satu-satunya, yaitu orang tuamu, telah merawat, menyekolahkan, mendidik, dan mengasihi Paman setelah Simbah berdua wafat. Kami yang hanya berdua ini masing-masing telah memperoleh warisan dari Simbah. Rumah dan tanah luas di Blambangan itulah warisan jatah Paman. Rumah dan kebun kakao ini bagian ayahmu, Nak. Ambillah. Paman dan Bibi ikhlas mengelolanya beberapa tahun sebagai sedikit balas jasa kepada orang tuamu ... karena kamu satu-satunya keponakan Paman. Adik sepupumu, sudah memperoleh bagian juga. Jangan khawatir. Rahayu, putri kami satu-satunya, sudah mapan dan tidak akan mengusik kebun kakao bagianmu ini. Yang penting, upayakan kebun ini sebagai warisan dan wasiat hingga menjadi berkah bagi masyarakat sekitar!"

"Ya, Allah ... tak pernah terpikirkan bagi saya, Paman. Ternyata Paman dan Bibi sebaik ini!" Suyud spontan mendatangi Paman yang sedang duduk dan menangis tergugu di pangkuan sang paman.

Bertangisanlah mereka dalam beberapa lama. Nu dan Ayusti terhenyak. Begitu rukun dan ikhlasnya keluarga ini. Jauh berbeda dengan keluarga ayahnya. Potret keluarga sederhana yang sabar dan nrimo ing pandum, menerima apa pun keputusan Allah atas rezeki yang digariskan untuknya dan tidak ada niatan untuk merebut apalagi menguasai harta bagian saudaranya yang lain. Sangat berbeda dengan keluarganya yang haus harta, bahkan hingga haus darah. Tidak segan-segan menyingkirkan hingga membunuh anggota keluarga sendiri hanya demi merebut harta warisan.  

Nu dan Ayusti pun tidak bisa menyembunyikan air mata. Mereka berdua ikut hanyut ke dalam haru yang mengharu biru.

"Kami berdua percaya, dan tolong catat dan ingat baik-baik. Jangan pernah kamu menggeser pathok tanah sesamamu! Jangan pernah menggeser batas tanah sesamamu karena akan membawa ragamu kepada tanah! Artinya begini, kalau kamu tidak puas dengan ukuran tanah yang kamu dapatkan, jangan pernah merebut tanah hak milik orang lain. Tanah yang kamu geser batasnya atau kamu rebut itu akan memanggilmu segera kembali. Pulang  ke tanah alias kematian!" nasihat paman serius.

"Sudah banyak bukti yang Paman dan Bibi saksikan. Mereka tidak berumur panjang, Nak! Karena itu jangan pek pinek duwekke sapepodho, artinya jangan mengambil milik sesamamu. Apa  pun itu: barang, bahkan sampai pasangan hidup. Jangan pernah!" lanjutnya.

Nu dan istrinya sangat bersyukur mendengar wejangan dari Paman Suyud yang sedemikian berkualitas. Hal yang tidak pernah didengar sekalipun dari kedua orang tuanya. Pantas mereka berdua terlihat bugar karena memiliki mindset yang luar biasa. Aura prinsip hidup sabar sederhana itu terpancar nyata ke dalam sorot netranya. Orang lain yang melihatnya merasa adem alias sejuk berhadapan dengan kedua orang tua yang tampak begitu sabar dan tawakal itu.

to be continued 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun