Apalagi kalau kelenjar susu sudah menunjukkan keaktifan, ganti baju adalah hal wajib yang harus segera dilakukan. Suster pun paham. Selanjutnya, karena setiap hari diajak berlatih berjalan-jalan pagi dan atau sore, Anye pun kian tampak bugar. Aura kecantikan menguar dari rona yang kian ceria.
Sejak sebulan sebelum lahiran, Krishna membersamai Anye baik siang maupun malam. Anye pun tampak makin pulih. Dia tersenyum dan tertawa sambil menatap netra sang dokter. Tangan sang dokter pun selalu diminta diletakkan di atas perut membukit, sementara janin pun selalu bergerak dengan aktif.
"Gerak!" ujar Anye kegirangan sambil mengusuk perutnya menggunakan tangan sang dokter.
Krishna ingin berteriak dan menangis, tetapi ditahan sebisanya. Dia tetap sadar bahwa misi kemanusiaan yang dilakukan memang sangat berat. Dia berjanji tidak boleh kalah dan tidak boleh stres sendiri. Apa bedanya dengan si pasien yang ditangani kalau dia sendiri ikut depresi?
Sang dokter pun mengimbangi ritme pola pikir Anye dengan memberikan nuansa bahagia, itu yang terutama. Meskipun kadang Anye memanggil namanya dengan sebutan Jalu, Krishna tahu dia tak boleh menolak ataupun membantah secara gegabah. Hanya tersenyum dan mengangguk, itu senjatanya. Menjadi teman sejati yang selalu membersamai, mendengar keluh kesahnya, memberi solusi hangat yang konstruktif adalah aktivitasnya sehari-hari.
Mendengar ocehan Anye yang kian terfokus dan tertata adalah kebahagiaan tersendiri bagi Krishna. Tanda-tanda kesembuhan makin nyata di depan netra. Krishna merasa sangat bangga dan bahagia. Meski harus berperan ganda, baik sebagai dokter pribadi maupun suami pengganti, misi utamanya tetap demi kepulihan Anye seratus persen.
Keluarga Anye telah membahas masalah rumah yang ditempati Anye bersama keluarga Jalu. Akan tetapi, mereka malah tampak berduka. Maksud keluarga Anye, mungkin harga rumah akan diganti sehingga membuat keluarga juga nyaman. Keluarga  Jalu merasa bahwa bagaimanapun Anye mengandung cucunya, sama-sama cucu pertama mereka. Mana mungkin tega mendepak Anye walaupun Jalu belum ditemukan. Bahkan, seandainya Jalu tidak pulang, rumah itu siap dihibahkan kepada cucu yang akan dilahirkan oleh Anye.
Tentang Krishna, seandainya karena terapi sang dokter terpaksa menjadi berperan sebagai suami pengganti, atau kalau perlu sekalian diresmikan sebagai pasangan suami istri. Dengan catatan Anye pulih kembali. Keluarga Jalu pun pasrah. Yang  penting Anye sembuh. Sedangkan Khrisna diminta menyembunyikan identitas agar Anye tidak mengalami depresi kedua kali.
Kini peluang Krishna kian terbuka lebar seandainya demi kesembuhan harus menikahi Anye. Sementara jauh di lubuk hatinya, diam-diam Krishna pun mengagumi Anye.
"Ya, sudahlah mengalir saja. Kami tidak mempermasalahkan apa pun demi kesembuhan Anye," kata sepakat kedua belah pihak, baik dari orang tua Jalu maupun Anye.
Anye juga makin tampak ceria. Dia berani mencolek-colek sang dokter untuk meminta dikusuk-kusuk baik di punggung, pinggang, maupun di perutnya. Rupanya Anye menganggap bahwa sang dokter adalah suaminya.