Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - Penulis novel: Damar Derana, Tresna Kulasentana, Centini, Gelang Giok, Si Bocil Tengil, Anyelir, Cerita Cinta Cendana, Rahim buat Suamimu, dll. Buku solo 29 judul, antologi berbagai genre 171 judul.

Masih terus-menerus belajar: menulis, menulis, dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Pengalaman Menegangkan

11 Juli 2024   12:48 Diperbarui: 12 Juli 2024   15:29 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika hampir pukul 20.00  barulah ia keluar dari toilet dengan alasan klasik: sakit perut. Sisa waktu tinggal 15 menit lagi. Biasanya, waktu itu untuk melakukan post tes. Akan tetapi, ia berdalih sakit perut parah sehingga akulah yang harus membuat resume pelajaran privat malam itu.

Jika kupikir-pikir, aku macam orang gila. Mengajar sendiri, berbicara sendiri, membuat dan menjawab sendiri soal-soal yang kuberikan. Aku tak mau berbohong terus-menerus. Akhirnya, karena anak ini siswa sekolah tempat suami mengajar, malam itu sepulang memberi les aku berterus terang kepada suami. Khususnya yang terjadi malam itu.

Kukatakan aku tidak sanggup lagi berlaku gila seperti itu. Aku akan melepaskan tanggung jawab sebagai guru les privat dan tidak mau diakali oleh siswa berkebutuhan khusus yang bandel seperti itu. Apalagi dalam kondisi kamar pribadi ditutup, setelah mengetahui ceceran sperma itu aku cukup ketakutan. Takut kalau-kalau ia berbuat aneh-aneh padaku.

Mau tidak mau suami harus melaporkan kondisi tersebut, baik kepada orang tua maupun ke wali kelasnya. Percuma aku mengajar kalau yang diajar kurang ajar, kan? Selama sekitar sebulan ini aku ikut stres dan berpikir lebih baik tidur di rumah saja daripada ikut-ikutan berkebutuhan khusus!

Terpujilah Tuhan yang Mahabaik. Akhirnya, orang tua mau menyadari kondisi les yang tidak nyaman sehingga mengizinkan aku untuk resign secara baik-baik. Aku masih memperoleh uang lelah bulan itu juga sekadar cenderamata karena telah berjerih lelah menunggui belajar putranya.

Sungguh peristiwa sangat menegangkan sebagaimana pengalaman pribadi hendak dilecehkan (baca: d1p3rk*sa) seseorang beberapa puluh tahun silam. Pengalaman menegangkan yang telah kujadikan cerpen berjudul "Asbak Batu Pualam." Antisipasi itu memang perlu dilakukan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, bukan? Semoga menjadi bahan perenungan dan pembelajaran bagi kita. 

Sejak peristiwa tersebut, aku selalu pilah-pilih jika diminta memberi les privat. Jika meminta privat, aku utamakan peserta wanita saja. Jika peserta pria, kalau boleh aku meminta belajar berdua sehingga bertiga denganku. Aku lebih cari aman dan nyaman saja. Namun, yang terpenting aku memohon agar ruang belajar bukan di kamar tidur merangkap kamar belajar si anak, tetapi ruang yang lebih terbuka sehingga keselamatanku juga lebih terjamin. Pengalaman tersebut menjadi penambah kriteriaku dalam menentukan sanggup tidaknya aku melayani siswa les privat.   

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun