Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - menulis itu bikin kuat daya ingat

Menulis yang bisa ditulis dengan sukacita sebab hati yang gembira adalah obat

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Anyelir (Part 23)

8 Juli 2024   17:26 Diperbarui: 8 Juli 2024   18:37 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Upaya Maksimal

"Jika rindu itu lagu, maka nada-nada yang timbul adalah rasa yang pernah ada."
"Karena ke mana pun kamu pergi, namamu dan semua tentangmu akan abadi dalam sajakku." - Prilly Latuconsina

"Krishna, kamu tidak boleh kalah! Kamu harus membantu Anye untuk sembuh! Jangan menangis di hadapannya, justru berikan perasaan nyaman dan happy!" batin Krishna mengusik di dalam dada.

Dia  segera menghapus air mata yang terlanjur mengucur deras.

"Ma-maafkan aku, Anye!" tuturnya.

Anye mendengar dan menganggapnya sebagai suara Jalu. Dia  belum sadar diri kalau yang di depannya saat ini adalah Krishna, sang dokter yang menangani kasus kesehatan mentalnya. Bukan Jalu sang suami yang belum diketahui posisinya. Entah berada di mana rimbanya, masih hidup atau telah tiada.

Jalu yang keras kepala, ataukah Jalu yang berjuang sukarela mempertahankan prinsip dan memperjuangkan aspirasi mahasiswa? Kepergian Jalu ke ibu kota membawa malapetaka bagi kulasentana yang baru saja dibina. Adakah Jalu paham? Atau memang itu sebagai harga perjuangannya? Entahlah! Seolah-olah sang istri menjadi tumbal, benarkah pendapat yang demikian? Entahlah! Semuanya serba abu-abu!

Kemelut kulasentana inilah penyebab utama kekhawatiran, kecemasan, kegelisahan, dan kesakitan memunculkan depresi yang diderita oleh Anyelir Puspita Putri Lestari! Jiwa rapuhnya sangat terpukul oleh kepergian Jalu, kemudian sampai berbulan-bulan tak kunjung pulang. Dalam kondisi hamil putra pertama, Anye berharap ditunggui oleh sang suami.

Akan tetapi, kenyataannya berbalik seratus delapan puluh derajat. Tidak  demikian pula dengan pemikiran Jalu. Sangat jauh berbeda! Dia sendiri bahkan tidak pernah memprediksi bahwa kehamilan sang istri yang ditinggalkan berjuang akan berakibat fatal seperti ini.
Keluarga Anye sendiri bersama-sama dengan keluarga Jalu pun mengirim dan menyuruh orang untuk mencari tahu keberadaan Jalu di ibu kota. Siapa tahu, Jalu masih hidup dan berada di kota itu karena terkendala hingga tidak bisa pulang. Entah karena kesehatan atau karena apa yang belum diketahui pasti. Dua keluarga itu masih sangat berharap menantu dan putranya bisa ditemukan, diselamatkan, dan dibawa pulang mengingat kandungan sang istri sudah memasuki bulan kedelapan.

Adalah harga sebuah nyawa yang sangat bermakna bagi dua keluarga besar, teristimewa bagi Anye dan buah hatinya. Berapa pun biayanya tak terhitung dan tak mau mereka hitung lagi. Pencarian Jalu adalah prioritas setelah penyembuhan jiwa Anye!

'Hati yang gembira adalah obat yang manjur'! Dua keluarga sepakat hendak memberikan kegembiraan kepada Anye agar jiwanya segera dipulihkan. Usaha secara medis, nonmedis, spiritual, bahkan pengobatan alternatif pun diupayakan tanpa lelah. Bukan dengan menghadirkan atau meminta jasa dukun dengan magisnya, bukan! Melainkan dengan sarana dan doa-doa ahli agama. Banyak pula yang ikut mendoakan dan memohon kepulihan kesehatan Anye dan sekaligus keberhasilan pencarian keberadaan Jalu.

Tiga, bahkan hampir empat bulan. Upaya pencarian Jalu belum membuahkan hasil. Sementara itu, perkembangan kandungan Anye luar biasa. Baby yang berada di dalam kandungan begitu aktif sehingga membuat sang ibu sering berteriak lirih dan menggelinjang ketika sang putra menendang-nendang. Dengan demikian, Anye tidak diam dan diam lagi, tetapi sesekali berseru-seru, "Aaow ... aow," menanggapi pergerakan sang baby.

Semua persona yang berada di sekitarnya berharap agar dalam waktu sebulan kesadarannya telah pulih sehingga bisa melakukan persalinan secara normal layaknya calon ibu lain yang sehat walafiat. Berharap dan berdoa agar ada mujizat dari Sang Maha Pencipta dan Pecinta luar biasa.

"Anye ... putramu sangat aktif, ya!" ujar Krishna manakala melihat Anye berseru menanggapi pergerakan baby.

Krishna sedikit merasa takut, jangan-jangan kedekatannya dengan Anye akan berdampak pada kehidupannya ke depan. Akan tetapi, demi menolong sesama, dia tetap teguh hendak mencurahkan perhatian untuk pasien yang sangat membuat trenyuh ini. Kalau  misalnya dia harus menggantikan posisi Jalu, entah untuk sementara atau selamanya, dia akan mengusahakannya dengan sepenuh hati.

Dalam hal ini ada dua nyawa yang dipertaruhkan. Anye, sang calon ibu baru yang harus menerima kehadiran baby tanpa suami. Si baby yang hadir berhak memperoleh kasih sayang dan perhatian keluarga di sekitarnya. Siapa yang tega melihat Anye dalam kondisi labil begitu?

Anye masih berada batas ambang antara sadar dan tidak ... yang Krishna takutkan justru kalau ketidaksadarannya itu mencelakakan si baby! Karena itu dia sangat berharap ketika tiba saat untuk melahirkan, Anye sudah sembuh. Setidaknya sudah sadar diri dan menerima kondisi seburuk apa pun. Itu saja! Karena itulah dia bersedia melakukan hal-hal yang sekiranya bisa membantu Anye segera pulih. Tanpa mengurangi rasa hormat kepada Jalu dan seluruh keluarga besarnya.

Bahkan, kepada kedua keluarga besar, Krishna menyatakan jika seandainya harus menggantikan posisi Jalu, dia memohon maaf. Akan tetapi, hal itu semata-mata dilakukan hanya oleh belas kasihan dengan harapan Anye segera pulih kembali. Fokusnya hanya satu: kesembuhan mental dan jiwa Anye, khususnya dalam rangka menghadapi masa persalinan.

Kalau pepatah Jawa mengatakan bahwa 'Witing tresna jalaran saka kulina' mungkin saja benar. Namun, yang jelas, melihat kondisi Anye, batin Krishna begitu tertempelak. Tidak tega! Krishna tidak mempermasalahkan berapa keluarga besar Anye akan membayar honor untuk perjuangannya sesehari menemani Anye. Yang penting Anye nyaman dan segera sembuh! Bukan urusan nominal, melainkan urusan belas kasihan!
***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun