Tiga, bahkan hampir empat bulan. Upaya pencarian Jalu belum membuahkan hasil. Sementara itu, perkembangan kandungan Anye luar biasa. Baby yang berada di dalam kandungan begitu aktif sehingga membuat sang ibu sering berteriak lirih dan menggelinjang ketika sang putra menendang-nendang. Dengan demikian, Anye tidak diam dan diam lagi, tetapi sesekali berseru-seru, "Aaow ... aow," menanggapi pergerakan sang baby.
Semua persona yang berada di sekitarnya berharap agar dalam waktu sebulan kesadarannya telah pulih sehingga bisa melakukan persalinan secara normal layaknya calon ibu lain yang sehat walafiat. Berharap dan berdoa agar ada mujizat dari Sang Maha Pencipta dan Pecinta luar biasa.
"Anye ... putramu sangat aktif, ya!" ujar Krishna manakala melihat Anye berseru menanggapi pergerakan baby.
Krishna sedikit merasa takut, jangan-jangan kedekatannya dengan Anye akan berdampak pada kehidupannya ke depan. Akan tetapi, demi menolong sesama, dia tetap teguh hendak mencurahkan perhatian untuk pasien yang sangat membuat trenyuh ini. Kalau  misalnya dia harus menggantikan posisi Jalu, entah untuk sementara atau selamanya, dia akan mengusahakannya dengan sepenuh hati.
Dalam hal ini ada dua nyawa yang dipertaruhkan. Anye, sang calon ibu baru yang harus menerima kehadiran baby tanpa suami. Si baby yang hadir berhak memperoleh kasih sayang dan perhatian keluarga di sekitarnya. Siapa yang tega melihat Anye dalam kondisi labil begitu?
Anye masih berada batas ambang antara sadar dan tidak ... yang Krishna takutkan justru kalau ketidaksadarannya itu mencelakakan si baby! Karena itu dia sangat berharap ketika tiba saat untuk melahirkan, Anye sudah sembuh. Setidaknya sudah sadar diri dan menerima kondisi seburuk apa pun. Itu saja! Karena itulah dia bersedia melakukan hal-hal yang sekiranya bisa membantu Anye segera pulih. Tanpa mengurangi rasa hormat kepada Jalu dan seluruh keluarga besarnya.
Bahkan, kepada kedua keluarga besar, Krishna menyatakan jika seandainya harus menggantikan posisi Jalu, dia memohon maaf. Akan tetapi, hal itu semata-mata dilakukan hanya oleh belas kasihan dengan harapan Anye segera pulih kembali. Fokusnya hanya satu: kesembuhan mental dan jiwa Anye, khususnya dalam rangka menghadapi masa persalinan.
Kalau pepatah Jawa mengatakan bahwa 'Witing tresna jalaran saka kulina'Â mungkin saja benar. Namun, yang jelas, melihat kondisi Anye, batin Krishna begitu tertempelak. Tidak tega! Krishna tidak mempermasalahkan berapa keluarga besar Anye akan membayar honor untuk perjuangannya sesehari menemani Anye. Yang penting Anye nyaman dan segera sembuh! Bukan urusan nominal, melainkan urusan belas kasihan!
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H