"Seruni, Ayah yakin kamu juga akan menjadi adik yang manis dan tidak cengeng seperti yang selama ini kami ketahui. Yang sabar, ya Nak!" imbuh Nu kepada bungsu yang sangat disayangi itu.
"Kalian berdua harus belajar mandiri, tetapi tetap saling menyayangi, ya, Nak!" suara sang ayah agak bergetar.
Mereka berpelukan, tetapi berjanji tidak boleh bertangisan. Mereka berempat berdoa baik bersuara maupun di dalam hati semoga Allah segera mempertemukan kembali. Semua kondisi biarlah di dalam kendali Allah semata.
"Mari kita sama-sama tegar, sabar, dan saling mendoakan!" tutup sang ayah sambil meletakkan jari tengah dan telunjuk di bibirnya sebagai isyarat agar tidak banyak bersuara.
"Nah, sekarang ... mari kita bersiap berangkat, ya Sayang. Jangan lupa selalu doakan Ayah dan Bunda, ya," diciumilah kedua buah hati tersebut sambil melepas mereka pergi.
"Teruna dan Seruni siap mengikuti arahan Ayah dan Ibu!" jawab sang kakak perlahan dan lembut sambil menuntun si adik pelan-pelan menuju garasi.
to be continuedÂ
Mohon maaf, Sahabat. Jika sekiranya pemecahan bab cerbung yang sebenarnya sudah jadi novel ini berantakan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H