Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - belajar mengingat dan menulis apa yang diingat

Menulis dengan sukacita sebab hati yang gembira adalah obat

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Tentang Sebuah Impian (Part 2)

29 Juni 2024   17:16 Diperbarui: 29 Juni 2024   18:35 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Ada yang memberiku minum dan memintaku turun dari kendaraan. Ada juga yang melihat mesin mobilku. Duuhhh, mereka semua membantuku sedemikian rupa. Sungguh pengalaman yang aduhai. Terima kasih Tuhan, terima kasih Bapak-bapak yang baik hati.

Pernah juga aku menabrak mobil angkot yang hendak berhenti. Namun, kupikir dia salah juga, mengapa akan menepi tidak menggunakan lampu lighting kiri, ha? Biasalah, sopir angkot kan kejar setoran, ya .... Jika ada penumpang yang bilang stop, langsung dia berhenti tanpa memberi tahu mobil di belakangnya menggunakan lighting kiri!

Saat itu, karena belum mahir kupikir aku menginjak rem, ternyata aku salah injak. Aku malah menginjak gas! Dan ... bbruuuaakk aku menabrak sisi kanan belakang angkot itu.

Untung angkot itu baru keluar dari bengkel, sopirnya juga maklum. Aku diminta mengganti kaca lampu belakang dan membawa mobilku ke bengkelnya. Satu juta amblas dalam semenit. Untunglah aku tidak trauma dan tetap berani mengemudi di jalan raya.
Saat awal-awal memang masih kacau memikirkan mana pedal kopling, kapan berpindah gigi, mana pedal gas, mana melihat spion dan sebagainya. Saat pendamping di sebelah kita ramai memberi tahu ini itu, padahal kita masih bingung memikirkan hal-hal teknis tersebut, bukan membuat adem, melainkan malah membuat kacau. Maka, memang kita membutuhkan kawan perjalanan yang adem saat belajar mengemudi. Instruktur pun harus tidak pelit mentransfer ilmunya dan membeberkannya dengan cara yang sejuk sehingga yang sedang belajar pun tidak makin gugup.

Dahulu mobil pertama dan kedua yang kumiliki secara kredit itu masih mobil kuno dengan kondisi seadanya. Pernah menggunakan mobil tanpa AC yang jika hujan harus kebingungan karena kaca depan buram. Kata para sopir hal begitu bisa disiasati dengan air tembakau, lah ... mana aku punya rokok? Geli mengingatnya. Lalu kaca tanpa film yang terang benderang kelihatan orang di dalamnya. Didukung oleh model rambutku yang pendek, pikirku pasti orang mengira aku lelaki deh ....  Cuek saja. Biarlah tetangga menduga macam-macam, yang penting aku memang benar-benar bekerja. Akan kubuktikan nanti hasil dari pekerjaanku, begitu pikirku.

Sekarang, dengan kaca mobil menggunakan kaca film, jam berapa pun aku pulang dan berkendara sendiri, aku merasa aman dan nyaman. Mobil pun agak lebih canggih, ada AC, ada radio, ada juga alat yang membuat kaca mobil tidak buram atau berembun jika hujan. Maka, saat tetangga melihatku pulang malam, berharap tidak menanyakan dalam hati mengapa aku pulang malam juga.

Apalagi kurang ajarnya aku, apa yang kuidamkan memiliki rumah lain, Tuhan pun mendengarnya dan mengabulkan sehingga tetanggaku yang sekarang beda dengan tetanggaku yang dahulu. Hal itu karena aku diizinkan-Nya pindah ke rumah yang lain. Kusebut kurang ajar karena aku memang gila kerja. Maka, aku kerja keras untuk meraih impian:  memiliki rumah lain. Tentu saja yang terutama berdoa memohon belas kasih-Nya. Aku sudah lelah memperoleh perlakuan bullying.

Perundungan demi perundungan yang kualami itu membuatku malas bergunjing dengan siapa pun, termasuk dengan tetangga. Mending aku kerja, kerja, dan kerja. Menabung, menabung, dan menabung! Jika kita melakukan segala sesuatu dengan sungguh-sungguh, Tuhan Yang Mahahebat pasti akan membantu sedemikian rupa dan Tuhan Yang mahaajaib tersebut pun akan mengindahkan serta mengabulkan doa-doa kita. Tidak ada yang mustahil di tangan-Nya yang penuh kasih dan kuasa itu!

Oh, iya ... tentang radio mobil. Dahulu, tepatnya  setengah abad  lalu,  saat masih kecil aku pernah diajak saudara yang cukup berada naik mobi Fiat-nya dari desa ke ibu kota provinsi. Sepanjang perjalanan kakak sepupuku yang ngganteng itu sering menyetel musik kesukaanku, lagu-lagu Bimbo dan Kus Plus.

Dalam hatiku, suatu saat nanti aku juga ingin memiliki mobil dengan menyetel radio seperti itu. Ternyata, mimpi dan keinginanku tersebut dikabulkan-Nya.  Bersyukur, atas kebaikan-Nya, aku diizinkan-Nya menikmati berkendara sendiri ke mana-mana dengan musik rohani yang selalu menemani perjalananku. Nah, bermimpilah, berdoalah, berusaha dengan giatlah, yakinlah Tuhan mendengar dan mengabulkan mimpi kita.

Salam hangat, semoga bermanfaat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun