Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - belajar mengingat dan menulis apa yang diingat

Menulis dengan sukacita sebab hati yang gembira adalah obat

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Anyelir (Part 17)

29 Juni 2024   02:47 Diperbarui: 29 Juni 2024   03:30 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

New Habits and Surprise

"Aku tidak tahu apa namanya, jarak di antara detik, tapi aku selalu memikirkan dirimu dalam interval itu." - Salvador Plascencia.
"Ketika aku menutup mataku, yang kulihat adalah dirimu. Ketika aku membuka mataku, yang kurasakan adalah aku merindukanmu."

Februari 1998.  Lama-kelamaan Anye menjadi terbiasa berada di rumah Jalu sehingga tidak pulang di tempat indekos bukan lagi hal baru yang tabu. Sementara  itu, awal bulan biasanya tanggal muda, Anye selalu memperoleh tamu istimewa. Kali  ini sang tamu mulai mangkir dan tidak kunjung hadir. Sementara, karena kesibukan luar biasa dalam rangka penelitian, menguras tenaga dan pikiran. Anye pun lupa. Ketidakhadiran tamu istimewa itu tak terpikirkan lagi olehnya.

Penelitian akan intensif dilakukan selama dua bulan. Namun, segala sesuatu yang dilakukan sudah mendekati finish. Tinggal perbaikan kecil di sana-sini saja. Sungguh, dia sangat bersemangat melakukan segala sesuatu hingga hampir finish pun tak terasa.

Maret 1998. Anye masih kurang tanggap. Sang tamu istimewa pun tak pernah lagi terpikirkan olehnya. Dia  benar-benar lupa. Berkutat dengan deskripsi penelitian tindakan kelas yang dilakukannya merupakan aktivitas sesehari yang menyita perhatian.

Sementara Jalu pun kian sibuk dengan acara kemahasiswaan. Memang dua hari sekali pasti akan bertemu dengan sang kekasih sebab tanpa hal itu keduanya tampak kelabakan. Layaknya seekor ayam betina yang heboh berkotek hendak bertelur. Ada sesuatu yang berisik di dalam raga dan benaknya. Mereka benar-benar kecanduan!

Hingga suatu hari Anye merasakan tubuh begitu tidak nyaman. Mudah lelah, gampang pusing, padahal penelitian tinggal sedikit lagi selesai. Meski demikian, dia masih belum menyadari tentang tamu yang belum hadir menyapa.

Hari itu Anye harus menyelesaikan tahap akhir penelitian. Menyalin cerita yang ditulis siswa kelas tiga target penelitian ke dalam narasi deskripsi. Dari rekaman suara diputar ulang menjadi narasi disesuaikan dengan tulisan yang dibuat oleh siswa. Sesuatu yang mengasyikkan sekaligus menguras tenaga.

Dia  telah menyelesaikan tugas dan siap-siap hendak menuju rumah Jalu. Akan tetapi, kepala terasa sangat pusing sehingga membatalkan rencana kepergian dan tiduran di indekos saja. Anye melihat kalender dan ... baru teringat kalau dua bulan terakhir sang tamu tidak berkunjung!

Lumayan panik mengingat tidak bisa menghubungi Jalu. Dia  akan bertahan hingga esok hari, berharap pusingnya berkurang. Istirahat. Ya, istirahat adalah obat mujarab. Namun, tetiba Jalu datang menjemputnya.

"Untunglah dijemput. Aku sedikit pusing!"

"Sejak kapan?"

"Tadi sudah siap mau berangkat, lalu tiba-tiba saja pusing."

"Bisa berangkat, 'kan?"

"Iya, bisa kok! Tunggu sebentar! Aku menginap, kayaknya!"

Setelah mempersiapkan diri berangkatlah keduanya ke rumah Jalu dengan waktu tempuh sekitar setengah jam. Sesampai di rumah Jalu, tetiba pusingnya menjadi agak ringan.

"Bagaimana, masih pusing?"

"Nggak, dah baikan!"

"Ya, sudah, istirahat saja. Mau kubuatkan apa?" tawarnya.

"Jalu ...."

"Ya, Sayang. Ada apa?"

"Aku lupa."

"Lupa apa? Ada barang tertinggal?"

"Nggak. Aku lupa bilang ... kalau ...."

"Hmmm, kangen?" candanya.

"Mmmm ...." Anye tersenyum tanpa bisa mengemukakan kalau dia terlambat dua bulan. Jalu sendiri juga tidak pernah menanyakannya.

"Eh, apaan, sih? Bikin penasaran saja!"

"Kita ke kamar, yuk!" ajak Anye mencoba merajuk.

"Boleh!"

Sengaja Anye menciptakan suasana paling nyaman dan membuka percakapan sambil bercanda.

"Kok aku curiga, ada apa sih?" tanya Jalu.

"Boleh aku pindah ke rumah inikah?"

"Boleh, kok. Aku malah suka ada yang menemani!"

"Iya, aku ingin pindah agar kau bisa melihat perkembangannya!"

"Perkembangan apa?"

"Kau ingat saat pertama kita 'menabung' 'kan?"

"Ya, ingat banget, kenapa?"

"Masa subur!"

"Trus?"

"Saat ini," Anye mengambil tangan kanan Jalu, membawa ke perut dan memutar-mutarnya perlahan, "di sini berpenghuni!"  

"Ha? Kamu hamil?" Jalu membelalak.

Anye mengangguk sambil tersenyum.

"Kamu yakin?"

"Dua bulan nggak 'dapet'!"

"Ya, Allah ... berarti berusia dua bulan?"

"Iya, berhasil 'kan?" Anye tampak sangat bahagia.

Jalu lumayan kaget dan cukup kebingungan. Bagaimana kalau ditanya statusnya? Padahal hubungan mereka belum sah, tetapi sudah seperti suami istri.

Namun, di depan Anye dia harus tegar. Berusaha sekuat tenaga jangan sampai raut berubah. Tidak boleh Anye sedih atau bingung sehingga tidak berpengaruh terhadap makhluk mungil yang sengaja sudah mereka undang untuk menghuni rahim. Darah daging buah cinta mereka! Aduhai .... Merinding seluruh bulu kuduknya. Sedahsyat itu karya Allah!

Jalu yang semula menggebu-gebu mengatakan bahwa siap memiliki buah hati, ternyata keder juga setelah hal itu benar-benar terjadi. Bagaimana dia harus berkabar kepada kedua orang tuanya, sementara sidang skripsi pun baru digelar bulan depan. Ah, ....
Ketika Anye tersenyum manis dengan bangga mengatakan bahwa dirinya berbadan dua, justru Jalu yang merasa kacau dan menjadi pusing kepala.

"Mas," panggil Anye yang lumayan mengagetkan.

Jalu tergagap, "Ya?"

"Aku ingin tinggal di sini. Kamu harus tahu perkembangannya!"

"Iya, iya!"

Mulut Jalu mengatakan iya, tetapi hati bagai dirobek-robek. Relasi Jalu dengan keluarga yang biasa akrab dan terbuka, untuk masalah yang satu ini masih belum memiliki akses lancar.  Dia  sangat bingung karena belum mengemukakan kepada kedua orang tua kalau sudah memiliki pacar dalam waktu sesingkat itu. Kemudian, mereka pun telah berseraga sehingga mengakibatkan Anye berbadan dua. Bagaimana dia akan mengabarkannya? Akankah keluarga bisa menerima kondisinya sebagai calon ayah? Ah, ....

Cepat atau lambat mereka memang harus melapor agar kedua orang tua tahu. Karena itu, Jalu bertekad harus segera ke dokter untuk memastikan kondisi Anye. Kemudian, berdasarkan keterangan dokter itulah mereka berdua sesegera mungkin akan melapor kepada orang tua dan meminta dinikahkan. Ya, sebelum tanda kehamilan Anye kian besar. Apa pun risikonya harus diterima, bukankah berani berbuat harus pula berani bertanggung jawab?

"Anye. Kita ke dokter, ya!"

"Iya," senyum sumringah itu tak tega Jalu kotori dengan sesuatu yang membuatnya patah semangat.

Keesokan harinya Anye diantar ke puskesmas dan perkiraan Anye benar. Dia   dinyatakan hamil dua bulan alias sembilan minggu! Binar bahagia terpancar dalam netranya. Selain memperoleh vitamin dan penguat rahim, Anye juga diminta bergabung dengan ibu-ibu muda untuk ikutan senam hamil.

Setelah memperoleh surat keterangan dokter, Jalu langsung mengajak Anye pulang ke rumah orang tua. Dia  pasrah. Apa pun kata dan keputusan kedua orang tuanya akan Jalu terima. Sekalipun dimarahi habis-habisan, Jalu benar-benar siap pasrah.

Namun, sangat beruntung. Setelah beberapa jam perjalanan sampai di rumah orang tuanya, Jalu menceritakan semua kondisi mereka. Ternyata, kedua orang tua langsung merestuinya. Hal itu karena mereka juga menjaga agar hati Anye tenang dan bahagia demi buah hati.

Kedua orang tua Jalulah yang akan menyelesaikan masalah dengan orang tua Anye. Karena itu, mereka berdua diminta menginap dan keesokan harinya secara estafet menuju kota tempat kedua orang tua Anye berada. Hati Anye sangat bahagia, ternyata kedua orang tua Jalu memperlakukannya secara istimewa juga. Ada kelegaan yang meluap-luap tak terkata.

Sesampai di kediaman keluarga Anye, Jalu dan kedua orang tuanyalah yang menceritakan secara gamblang. Kondisi Anye saat ini sedang berbadan dua. Walaupun ada rasa kecewa, kedua orang tua menyadari bahwa mungkin seperti itulah takdir putra-putri mereka. Mereka sadari bahwa jauh dari orang tua bisa saja membuat mereka terpeleset hingga terjadi bencana. Namun, sebisa-bisa mereka menerima sebagai takdir, bukan merupakan bencana. Justru berharap kehamilan Anye menjadi berkah bagi keluarganya.

Akhirnya, hari itu juga keduanya dinikahkan secara mendadak. Tidak masalah secara siri dahulu, pernikahan resmi akan digelar jika keduanya sudah sama-sama lulus. Yang penting ikatan keduanya sudah sah secara agama.

Bersyukur sekali tidak ada masalah yang berarti sehingga dalam tiga hari berada estafet di keluarga kedua orang tua, mereka sudah resmi menikah siri. Dengan demikian, tetangga kanan kiri tidak lagi mempermasalahkan kalau mereka berdua tinggal serumah.

Teman-teman Anye di tempat indekos pun diberi tahu bahwa mereka sudah menikah dan harus pindah rumah. Demikian juga dengan teman-teman kuliah Anye serta teman kuliah Jalu. Meskipun tidak dipestakan, mereka sudah mengetahui posisi, status, dan kondisi pasangan muda tersebut. Pengantin baru yang berbahagia. Mereka tetap tegar meski ada yang menyebut married by accident!

***

Sidang skripsi dimajukan. Sesuatu yang sangat menguntungkan! Dalam waktu sekitar satu jam, pertanyaan yang diajukan beberapa dosen bisa Jalu jawab dengan baik. Anye yang mengantar dengan setia masih berada di luar ruang sidang. Demikian juga beberapa teman Jalu. Akhirnya, ketika pintu ruang terbuka, kelegaan pun menggurita.

"Syukur kepada Allah!" ungkap Jalu menyalami teman-teman yang masih setia menungguinya.

Terakhir, didekapnya sang istri dengan mulut ternganga.

"Lulus, Yang!" bisiknya.

Ketika teman-teman mengingatkan harus bersyukur kepada Allah, kedua pasangan tersebut segera melorot ke lantai bersujud syukur disaksikan para mahasiswa yang ada.

"Tinggal tunggu wisuda!" seru dosen penguji yang keluar membersamai.

"Wah, hebat. Tidak revisi?" tanya salah seorang teman.

"Nggak ada!"

"Cakep!"

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun