Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - belajar mengingat dan menulis apa yang diingat

Menulis dengan sukacita sebab hati yang gembira adalah obat

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Gelang Giok (Part 2)

28 Juni 2024   10:48 Diperbarui: 28 Juni 2024   11:44 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Sengkarut Kulasentana

Di sebuah kedai kopi sederhana tanpa merek kopitiam, dua sahabat karib sedang melakukan pertemuan singkat.

"Darman, Darto, dan Darsih adalah putra-putri juragan kaya. Kedua orang tua yang kaya raya itu dikabarkan telah meninggal dunia karena kecelakaan lalu lintas. Pesawat yang ditumpangi dengan tujuan berobat ke negeri jiran, hilang kontak. Padahal, pengelolaan perusahaan miliknya masih belum dibagi. Warisan pun belum dibagi. Semua masih dikuasai dan ditangani sepenuhnya oleh Darman si sulung," ujar seorang teman sambil menyeruput kopi hitamnya.

"Ya, karena Darmanlah yang ikut aktif menjalankan bisnis sang ayah baik yang di bidang perkayuan (mebel) maupun secara pribadi mencoba usaha ekspor ikan dan lobster dari Pantai Lenggosono dan Pantai Sipelot, Malang Selatan. Dengan gigih Darman yang kemudian bermetamorfosis menjadi De One menjalankan bisnisnya itu dan secara berkala selalu berbagi keuntungan dengan adil kepada kedua adik tersayang, Darto dan Darsih si kembar flaternal yang disebutnya sebagai Duo De," imbuh yang seorang lagi.

"Hmmm. Karena  pola salah asuh, kedua adik yang sangat dimanja kedua orang tua tersebut tidak mau membantu. Keduanya lahir hampir membawa nyawa sang bunda sehingga kasih sayang kedua orang tua tertumpah melimpah.  Sayangnya tidak diimbangi dengan pola asuh prima sehingga yang ada malah si kembar terjerumus ke lembah nista. Nakal sejak kecil yang tidak diarahkan hingga kedua orang tua kewalahan. Mereka pun tidak terbiasa bekerja keras dan tidak mau tahu urusan bisnis. Potret salah asuh yang sangat fatal! Pekerjaan mereka berdua hanya ongkang-ongkang sambil selalu menarget kakak sulung untuk memenuhi kebutuhan hidup dan keinginan mereka," keluh salah seorang reserse dengan nama samaran Ketam.

"Ya, benar Mas. Karena salah pergaulan juga, akhirnya Duo De atau dikenal sebagai Dadar Dream  -- sebutan Darto dan Darsih -- memiliki beberapa anak buah, hasil merekrut para preman pasar. Ada Genggong salah satu preman culas yang membantu Duo De. Demikian juga, Plolong, Plenggong, dan Sadrach. Genggong yang berwajah sangar diangkat sebagai komandan. Ganyong dan Genthong dua anggota lagi yang hanya bisa latah berucap, 'Siap, Bosqu!' sebagai anak buah yang dianggap menambah karisma dan seram suasana, tetapi piawai memalak, menarget, dan menakuti para pedagang pasar. Juga  Jambrong dan Kalong yang ahli colong-menyolong dan dengan busana bolong-bolong bergaya luar biasa gila!" seorang teman kepercayaan yang disapanya Kepras menimpali.  

"Belum lagi Bagong, lalu si kembar Tenong dan Terong, juga Garong. Beberapa orang ini hasil rekruitmen anak buah. Mereka yang piawai dalam hal copet-mencopet dan curi-mencuri. Empat yang disebut terakhir ini tidak ikut team inti, tetapi secara berkala ikut menyemarakkan pertemuan juga. Jadi, jangan sepelekan mereka. Anak buah pun mengembangkan sayap dan melebarkan jaringan agar keanggotaan makin besar. Kawula alit alias wong cilik kasta terendah yang dianggap sampah masyarakat pun tahu bagaimana menata komunitas!" lanjut Ketam menggeleng-geleng.

"Jangan lupa, loh! Tentang kepiawaian memanfaatkan anggota ini, dalam hal mencari nafkah pada kasta bawah, diketahui ada yang ekstrem juga! Ada juga juragan yang memiliki anggota ratusan orang. Siapa mereka? Para emak yang di-rekruit dijadikan pengemis! Diantar jemput untuk melaksanakan tugas. Setiap pagi diantar dengan kendaraan menuju tempat berdinas berkostum khas pengemis dengan cara menyebar ke mana-mana. Tentu saja untuk mengemis! Ada juga yang memanfaatkan bayi atau balita sebagai asesori dan properti perjuangan memperoleh uang receh, entah di perempatan lampu merah, di ujung pasar, atau tempat-tempat strategis lain. Bahkan, konon ada yang balitanya itu diberi obat tidur sehingga meski seharian diajak duduk di lantai tidak pernah menangis ataupun rewel. Duuhhh ...," bubuh Kepras ketika keduanya bertemu di salah sebuah warung kopi sederhana.  

Kedua  lelaki yang sedang menyamar tersebut hanya sepintas melakukan pertemuan rutin karena tidak mau diketahui oleh siapa pun. Mereka saling berpamitan, tetapi berjanji tetap akan berkolaborasi dan berkontribusi positif dalam rangka menegakkan hukum yang berlaku.

***

"Culik, habisi, dan buang di tempat sepi! Usahakan hilangkan jejak!" perintah Duo De kepada ketujuh anak buah untuk melanjutkan misi.

Sementara, nasib sang kakak sulung yang belum diketahui di mana rimbanya itu dikabarkan tewas tanpa jejak karena laka lantas.
Dengan demikian, untuk memuluskan aksi merebut warisan, Nu atau Nugroho, satu-satunya anak si kakak sulung, beserta keluarga kecilnya harus disingkirkan pula. Kalau perlu mereka berempat harus dihabisi secepatnya. Jadi, kakak sulung dan keturunannya diusahakan cures, habis tak bersisa dan tanpa bekas. Itu misi utama si kembar flaternal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun