Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - belajar mengingat dan menulis apa yang diingat

Menulis dengan sukacita sebab hati yang gembira adalah obat

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Anyelir (Part 8)

25 Juni 2024   20:52 Diperbarui: 25 Juni 2024   20:56 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Boleh, siapa takut! Tetapi kalau melanggar dikit-dikit sebagai pemanasan nggak apa-apa, 'kan? Aku ini lelaki normal, Anye!"

"Ihh, jangan berdalih pemanasan segala, dong! Aku takutnya kita kebablasan saja!"

"Iya, iya ... batasannya juga jangan terlalu kaku, ya! Kalau kebablasan, ya takdir!" senyum Jalu mengembang.
Anye cemberut, tetapi si lelaki justru gemas melihat rautnya.

"Boleh nambah minumnya nggak? Kamu minum duluan gih, setelah itu aku!" usul Jalu sambil menawarkan botol kedua.

Anye langsung minum lagi beberapa teguk, kemudian isi sisa diserahkan kepada Jalu. Dia menghabiskan isi botol hingga tandas. Selanjutnya, dilihatnya ujung bibir Anye seolah-olah ada kotoran menempel di sana. Disekanya dengan sangat perlahan.
Sekali lagi Jalu melancarkan aksi dengan alasan mumpung manis jus masih terasa. Padahal, itu hanya sebagai dalih saja. Setelah beberapa lama melakukan aksi kian demonstratif, Jalu merambah memperluas daerah jajahan lain pula. Bak seekor kucing menandai daerah kekuasaan, dia pun menandai beberapa daerah bekas jajahan itu dengan stempel mungil yang dikatakan akan hilang secepatnya.

"Nanti kalau penanda itu hilang, pertanda harus kita instal ulang. Kita buat lagi tanda-tanda yang lebih indah!" bisiknya.
Anye tidak paham dengan apa yang dimaksud Jalu tanda-tanda ajaib tadi. Seumur-umur belum pernah berdekatan dengan pria seperti halnya saat ini. Saat Anye tinggal bersama kedua orang tua, penjagaan ketat selalu terjadi. Kini, dia harus menempuh pendidikan lanjutan di kota lain, maka penjagaan itu terlalu longgar.

Maklum, Anye sebagai newbi yang masih awam dalam dunia pacaran dan percintaan. Anye hanya merasa bahwa aktivitas secepat kilat sang pacar menimbulkan gemetar luar biasa. Tidak bisa juga Anye membedakan antara rasa kesakitan atau keenakan. Dua rasa dengan perbedaan tipis saja yang dirasakan saat bersama sang kekasih itu. Anye seperti manekin yang sedang didandani pemilik butik yang tak bisa berkutik dan berserah saja.  

"Kamu omong apaan, sih? Tanda-tanda apa?" kejar Anye keheranan.

Jalu tertawa tertahan. Dia tahu Anye tidak memahami dan yakin besok pasti tanda-tanda itu akan muncul di beberapa tempat strategis. Pasti saat ini dia tidak menyadari kalau sesuatu yang dilakukan Jalu akan meninggalkan jejak. Mungkin, Anye memang belum pernah mengalami sehingga ketahuan bloon juga. Jalu merasa geli, betapa polosnya sang kekasih meskipun lebih tua darinya. Dia merasa beruntung mendapatkan bidadari lugu yang masih orisinal seperti itu.  

"Mulai besok, biasakan diri menggunakan scarf. Tutuplah area leher agar tidak mengundang decak kagum siapa pun. Ya, aku percaya, sih. Pasti siapa pun maklum. Dengan adanya tanda-tanda ajaib itu, orang akan tahu kalau kamu sudah punya seorang kekasih yang begitu menyayangimu!" urai Jalu yang membuat Anye pun bertanya-tanya heran.

"Apaan sih, Jalu? Kamu ngomong tentang apa, sih?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun