Oleh: Ninik Sirtufi Rahayu
"Ke mana pun kamu pergi, kamu akan selalu ada di hatiku." - Anthony T. Hincks.
Seorang gadis manis bermata jeli, bergigi gingsul, dan berlesung pipi melenggang dengan cepat menuju area kampus. Gadis kuning langsat dengan tinggi semampai itu mengenakan rok di bawah lutut dengan blus kembang-kembang kecil dipadupadankan dengan outlet semi hoddy sesuai kondisi musim dingin di kota ini.
Ya, musim bediding telah tiba. Sebuah scraf warna soft melingkar di leher melengkapi manis tampilannya. Di luar kelas, dia juga biasa mengenakan topi floppy hat atau fedora yang membuatnya makin manis dan modis. Â
"Tris ... bagaimana kemajuan penelitianmu?" tanya seorang teman di sebelahnya.
"Ya, begitulah. Masih cari referensi aja!"
"Emang tentang apa, sih? Siapa tahu aku menemukan yang bisa kaugunakan!" lanjutnya.
"Ya, aku memang agak kesulitan mencari sumber informasi tentang manfaat lagu dalam pembelajaran!" sahut seseorang yang dipanggil Tris.
Anyelir berada di dekat kedua orang yang sedang berbincang tadi merenung. Dia  pun sedang mencari referensi, tepatnya sedang menimbang-nimbang hendak memilih masalah apa pada penelitian yang hendak dilakukannya. Saat itu sedang hangat-hangatnya penelitian tindakan kelas alias PTK. Sejak memasuki bangku kuliah kembali sudah didengung-dengungkan imbauan untuk melakukan penelitian baru tersebut.
Konon penelitian baru itu diapresiasi sebagai terobosan pembaharuan bidang pendidikan sehingga pada perkuliahan semester pertama, dari empat semester yang direncanakan, hal itu sudah digelar secara umum. Bahkan, kepada dua puluh mahasiswa seangkatan pada jurusan itu disarankan untuk selalu mengikuti seminar yang diadakan jurusan lain pada fakultas pascasarjana.Â
Sifatnya pun meningkat. Bukan imbauan lagi, melainkan wajib hadir dilengkapi dengan laporan presensi kehadiran segala.
Sang dosen menyarankan agar dia melakukan penelitian tindakan kelas. Sesuatu yang bisa dibilang cukup baru di bidang pendidikan kala itu. Jenis penelitian kualitatif, tentu saja.Â
Bukan kuantitatif dan dilaporkan secara deskriptif. Karena itu, tergolong penelitian deskriptif kualitatif. Tidak melibatkan bidang statistik yang selama ini menjadi momok bagi banyak mahasiswa, termasuk dirinya. Walaupun ada banyak personal yang membuka konsultasi dan jasa statistik, dosen penasihat akademis dan dua dosen pembimbing menyarankan untuk melakukan penelitian kualitatif dengan terjun langsung ke lapangan saja.
 Anyelir Puspita Putri Lestari biasa disapa Anye. Dengan usia 24 tahun, dia sudah mengikuti perkuliahan pascasarjana. Tentu saja mahasiswi paling muda pada angkatannya. Rata-rata teman-teman di Fakultas Pascasarjana (FPS) itu sudah berkeluarga dan berprofesi sebagai dosen, berasal dari seluruh perguruan tinggi di tanah air.Â
Ada juga seorang wartawan freelance yang mengikuti perkuliahan sekelas dengannya, sementara Anye sendiri masih belum apa-apa. Dia baru saja lulus dari perkuliahan di S-1 dan melanjutkan langsung tanpa jeda. Tanpa sempat mengalami masa bekerja. Fresh!
Kebetulan kedua orang tuanya cukup berada ditambah dengan kondisi intelegensi di atas rerata, Anye bisa langsung melanjutkan pendidikan begitu rupa. Sungguh seorang gadis yang bernasib mujur. Sangat beruntung dibandingkan dengan teman-teman seangkatannya. Anye bisa mengenyam pendidikan dengan lancar, tanpa harus mengais rezeki sendiri sebagaimana banyak mahasiswa lain. Ditambah perolehan nilai sangat memuaskan! Pantaslah si gadis cukup lincah itu melenggang dengan tanpa beban. Â
Dia  sedang mengikuti perkuliahan pada Fakultas Pascasarjana, Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia pada sebuah perguruan tinggi negeri sesuai dengan minat dan bakatnya.Â
Memang masih baru masuk. Masih semester pertama menjelang kedua, tetapi dia memanfaatkan waktu untuk mencuri start juga.  Di kota sebagai tempat tinggal yang baru ini pun dia harus jeli. Menggunakan  seluruh indera untuk mengamati fenomena yang ada agar segera memperoleh ide luar biasa.
Rencana dan harapannya empat semester kelar! Karena itu selalu mengisi waktu dengan aktif pergi ke perpustakaan pusat di kampus agar sesegera mungkin menemukan masalah penelitian yang bisa diajukan kepada Dosen Penasihat Akademis.Â
Beruntung memperoleh DPA, kependekan dari Dosen Penasihat Akademis, yang sabar, teliti, bijak, penyayang, keibuan, dan begitu baik. Seorang ibu dua orang putra putri yang cantik dan energik juga. Bagi mahasiswa lain, dosen tersebut terkenal pelit dan cerewet, tetapi tidak bagi Anye. Entahlah, seolah Anye adalah anak emasnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H