Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - Penulis novel: Damar Derana, Tresna Kulasentana, Centini, Gelang Giok, Si Bocil Tengil, Anyelir, Cerita Cinta Cendana, Rahim buat Suamimu, dll. Buku solo 29 judul, antologi berbagai genre 171 judul.

Masih terus-menerus belajar: menulis, menulis, dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Remah Tercecer

22 Juni 2024   10:25 Diperbarui: 22 Juni 2024   20:15 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Ada seorang gadis berusia SD dan (mungkin) ayahnya yang membawa tape recorder tenteng.

Keduanya berkostum  penari  "jaran kepang".  Sang  ayah berkaos oblong strip-strip doreng merah putih, outer hitam tanpa dikancingkan, celana gombrong hitam, sebuah selendang dililitkan menutup pantat dan pinggang yang kemudian ditutupnya dengan ikat pinggang hitam lebar,  dilengkapi dengan pemakaian udeng di kepala, dan tentu saja dengan riasan menor ala penari.

Gadisnya pun demikian. Mengenakan celana komprang hitam selutut, kaos lorek merah putih senada dengan kaos sang ayah, selendang yang dililitkan di pinggang, juga ada dikenakan udeng di kepalanya menghiasi rambut panjangnya yang tergerai acak. Dilengkapi riasan agak menor dengan pipi kemerahan. 

Dipegangnya dengan tangan kiri sebuah miniatur jaran kepang yang diselipkan di antara dua paha  dan dengan tali diselempangkan ke pundaknya. Dilengkapi pula sebuah cambuk disisipkan pada ikat pinggang hitam besar yang dikenakan. Mereka menari ala kadarnya, tepatnya menggoyang badan seiring irama musik, kemudian menyorongkan bekas gelas aqua untuk dana amal atas honor ngamennya..

Iba? Jelas,  iya .... Apalagi dengan 'mimik ndeso' banget begitu.

Bersyukur sebagai anak desa aku bisa mengubah nasib karena memiliki skill penghasil cuan. Mohon maaf: hanya sekadar perbandingan saja, bukan bermaksud penghinaan. Karena itu, penekanan pada hal ini: 'jangan sampai kita tidak memiliki skill  tertentu untuk menyongsong masa depan.'

Membaca tulisanku di atas, apa yang terpikir oleh Anda? Mari merenung sejenak. Adakah kita telah bersyukur kepada-Nya hari ini atas pemeliharaan-Nya terhadap hidup dan kehidupan kita? Adakah kita telah (paling tidak) mendoakan sesama?

Semoga menginspirasi, amin. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun