Di area parkir cukup luas sudah berjajar beberapa kendaraan. Lagi-lagi Mita memilih tempat yang sama. Di bawah tiang lampu taman, dekat rumpun pandan. Seolah tempat itu milik pribadi.
Diayunkan kaki melangkah perlahan menuju sudut caf, tempat terfavorit. Selalu di tempat sama. Di bagian ujung timur berdekatan dengan aquarium dinding. Aquarium tempel di sebelah kiri itu menyajikan aneka ikan hias. Â Akan tetapi, perhatian Mita bukan pada aquarium itu, melainkan pada panorama bahari nun di hadapan sana.
Mita duduk sendiri seperti biasa. Dipandangi samudra membentang agak jauh di depan dengan tatapan hampa. Dipesan pula secangkir capucino seperti biasa. Pramusaji telah paham seleranya. Seperti kemarin-kemarin. Tak berubah. Sementara netranya tak lepas dari samudra. Ya, samudra! Tidak berselang lama, seseorang menghampiri.
 "Sudah lama?" Suara bariton membuyarkan lamunan.
 "Hmm ...."  Si gadis mendesah.
"Boleh aku duduk?" Dijawab anggukan tanpa mempersilakan duduk.
Hening beberapa saat. Debur ombak terdengar cukup jelas menjadi melodi harmoni musik senja.
Dilambaikan tangan ke  arah pramusaji memesan satu cangkir capucino lagi.
 "Yang lain apa?" Mita menoleh.
 "Kentang goreng atau kudapan sesuai bermitra senja," jawab Brian. Pramusaji pun paham lalu berlalu membungkuk santun.
Mereka larut pada musik alami. Debur ombak bersahutan di depan sana. Menikmati  sunset berlatar swastamita jingga tentu saja.