Aku menyadari ketiadaan kedua orang tuaku membuat lamaran tidak resmi ini jadi begitu sepi. Aku jadi kangen dengan kedua ortu yang telah berpulang. Secara tidak kusadari, netraku pun berembun.
"Maafkan adikku, Steve. Mungkin adik teringat kedua orang tua kami!"
"Ya, secepatnya akan kudatangkan Papa ke Indonesia, minta Ross untuk kunikahi. Begitu?" Steve yang belum paham adat kami mencoba mengorek kemauan kakakku.
"Boleh, makin cepat makin baik!" kata kakak.
"Kami mendukungmu, Stiff!" kata Arnold, "supaya tenang pelayanan di sini!" lanjutnya.
Akhirnya perkenalan singkat yang diakhiri dengan lamaran tidak resmi mendadak tersebut makin mendekatkan kami berdua. Bersyukur, semuanya dimudahkan-Nya. Ketika berpisah keesokan harinya, Steve berjanji untuk mencariku ke Semarang. Hubungan kami pun berlanjut aman sejahtera tanpa kendala. Beruntung ada aplikasi video call yang memudahkan pertemuan virtual kami.Â
Rencana Steve membawa keluarga untuk menghadap kakak sulung hendak meminangku, mulai kami bawa dalam doa-doa kami. Berharap Tuhan berkenan bercampur tangan memudahkannya.
***
Ayah Steve benar-benar datang ke Indonesia bersama dua kerabat lain. Mereka meminangku! Bahkan, dua tahun setelah itu, ketika selesai tugas coas-ku, seperti pernyataan kakak ipar agar aku berserah hendak ditempatkan di mana oleh Tuhan, aku harus berserah. Ternyata, aku ditempatkan di salah satu rumah sakit di daerah NTT. Steve pun mendapat tugas di daerah yang sama dengan tempat tugasku. Terpujilah Tuhan Sang Khalik Semesta Alam!
Bawalah segala permasalahan dan keinginan kepada Tuhan ke dalam doa, biarlah Tuhan yang berotoritas dalam seluruh kehidupan kita karena Tuhanlah yang memiliki dan menata hidup kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H