Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - Penulis novel: Damar Derana, Tresna Kulasentana, Centini, Gelang Giok, Si Bocil Tengil, Anyelir, Cerita Cinta Cendana, Rahim buat Suamimu, dll. Buku solo 29 judul, antologi berbagai genre 171 judul.

Masih terus-menerus belajar: menulis, menulis, dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Rindu Menggelegak

12 Juni 2024   07:34 Diperbarui: 12 Juni 2024   08:07 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Rindu Menggelegak

Oleh: Ninik Sirtufi Rahayu

Pagi sekitar pukul tujuh. Aku sedang duduk memandangi jalanan sepi di depan rumah. Gawaiku masih setia kupegang di tangan kiri, tetapi pikiran menerawang jauh kepadanya. Sudah seminggu dia tidak berkabar. Aku tak berani mengusiknya. Biasanya dialah yang mendahului mengirim kabar.

Tetiba melintaslah di depanku seorang anak lelaki kecil. Kira-kira berusia delapan tahun sedang  mengendarai sepeda trail mininya. Dengan gaya seorang atlet, dilompatinya  polisi tidur yang ada di dekat rumah hingga sepeda trail mini itu berderak melompat diiringi teriakan bangga.

Pyaaarr ...  ada denyar secepat kilat yang membuat hatiku seolah teriris  king guilette. Berdesir nyeri. Menggetarkan seluruh raga.

Teringatlah aku akan masa kecilnya yang sangat mirip dengan anak yang barusan melintas di depan netra.

Lalu bermain-main di pelupuk mata ini wajah masa kecilnya. Setiap  orang ingin mencium pipi itu. Pipi tembem seperti bakpao!

Tingkahnya pun selalu membuat orang tertawa, tidak bisa berdiam diri. Selalu bergerak, berlari, dan bersepeda sehingga tidak bisa dipegang! Seperti seekor belut! Sorot mata dengan pupil legam itu aduhai bagai sokle  menghunjam hingga ulu hati.

Kini, si dia  sedang berada dan meniti karier di ibu kota. Aku selalu memikirkannya. Tiap hari, tiap jam bahkan! Sama seperti memikirkan dua saudaranya, kakak dan adiknya. 

"Ah, sedang apa dirimu saat ini? Adakah kau ingat aku seperti aku selalu mengingatmu? Namun, aku sudah siap dilupakan sebagaimana kodratnya: seseorang pasti akan memiliki waktu untuk dilupakan.  Dont worry, aku sudah siap dengan hal itu. Hanya doa saja yang kusampaikan kepada-Nya, kiranya kesehatan, kekuatan, keberkahan, dan kesuksesan kau peroleh. Amin." 

Aku berbisik mengiringi hilangnya gerak lincah si bocah yang melintas kembali di depan rumah berkali-kali. 

Malang, 12 Juni 2024  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun