Namun, ternyata, melintasi beberapa gundukan polisi tidur di gang menuju rumah kami, rupanya sahabat wanitaku yang menyopir tidak mengerem sebagaimana  biasa kulakukan.
"Hmmm ... jika tidak direm begini ... rasanya penumpang di jok belakang ini seolah terlempar-lempar saja," batinku.
***
Benar saja, hal  yang tidak kuinginkan pun terjadi. Malam harinya terasa sekali panggulku tidak nyaman. Kaku dan begitu ngilu. Beruntung beberapa minggu sebelumnya, aku sempat membeli gel khusus untuk pertulangan dan persendian. Alhasil, malam itu aku harus mengoleskannya. Suami membantu menempelkan koyok, sih ... tetapi kurang panas menurutku.Â
Lima hari sejak melintas polisi tidur tersebut, aku terpaksa memperbanyak istirahat dengan harus tidur telentang. Bagaimana tidak? Untuk bergerak saja sakitnya minta ampun. Apalagi untuk berjongkok. Bukan hanya meringis kesakitan, melainkan meneteskan air mata beneran. Â Jadi, sejak Kamis malam hingga hari ini, tepat lima hari, aku merasakan betapa sakitnya.
Namun, di tengah kesakitan aku hanya memohon pengampunan kepada-Nya, belajar bersyukur, dan tidak menggerutu. Aku yakin ada pelajaran yang dapat kupetik dari pengalaman ini. Pelajaran yang sangat berharga pastinya.Â
Tidak mau tetap tiduran, aku pun melatihnya dengan tetap beraktivitas ringan seperti menyapu perlahan-lahan sambil menahan rasa sakit. Bukan di pinggang, melainkan di panggul! Ternyata, luar biasa juga rasanya. Tetap kuoles secara berkala gel: cold compress gel for lumbar spine yang sempat kubeli secara online sebulan sebelumnya, sangat membantu proses penyembuhannya. Sementara, dengan koyok tidak bisa karena selalu berkeringat sebagai dampak aktivitasku. Karena berkeringat, koyok akan terkelupas sehingga mubazir.
Bersyukur, seiring perjalanan waktu, tepat ketika servis laptop beres, secara perlahan panggulku sudah membaik. Hari ini, aku bisa mengambil sendiri laptop itu. Tentu saja, aku tidak melewati jalan berpolisi tidur itu. Aku lewat jalur halus mulus yang biasa kulalui. Itulah mengapa aku lebih suka membawa kendaraan sendiri daripada meminta diantar suami. Lebih bebas, khususnya dalam memilih jalur mulus hehehe ... Namun, sungguh aku memetik pelajaran yang sangat berharga, baik bagiku pribadi maupun bagi sesama yang membaca catatanku ini. Hehe rupanya tidak beraktivitas menulis selama laptop opname, panggulku sakit, eh, ... ada ide menulis juga, kan?
Kucatat baik-baik ini, "Mending menyopiri kendaraan secara pribadi daripada menumpang kendaraan lain, apalagi di jok belakang!"Â
Hal itu karena tidak semua yang mampu mengendarai kendaraan roda empat memikirkan bagaimana kondisi penumpang di jok belakang. Bersyukur sekali, Â sejak 1993 aku dikaruniai kemampuan mengendalikan kendaraan roda empat dengan cukup piawai. Kata suamiku, gaya dan caraku mengendarai cukup halus.
Dulu, saudaraku mewanti-wanti dengan lembut, "Kamu harus mampu menyetir, bahkan dengan gaya paling halus sehingga penumpangmu tidak mabuk atau oleng saat menumpang kendaraanmu!"