***
Dua tahun telah berlalu. Aku sudah menyelesaikan kuliahku. Saat wisuda, ternyata Prima beroleh cuti dan bisa menghadiri tanpa memberitahuku sebelumnya. Surprise! Lengkaplah kebahagiaanku.
Kami berfoto ria bersama. Lengkap. Ada kedua orang tuaku, ada Mas Prima yang tetiba hadir, ada juga Pamungkas calon adik ipar yang setia membersamai kami.
Saat wisuda dan berfoto bersama itulah akhirnya aku tahu bahwa ternyata Rianti dan Mas Dewo pun sudah sampai tahap akhir. Mereka berdua akan segera melangsungkan pernikahan.
Maka, aku bersyukur sekali ada Mas Prima, yang ternyata lebih tampan dan lebih mapan daripada Mas Dewo, dan selalu berada di sampingku. Bahkan, sesekali Mas Prima melingkarkan tangan ke pundak atau pinggangku. Memelukku mesra seolah tidak ingin berpisah lagi.
"Selamat ya, Nin. Pacarmu tampan sekali!" bisik Rianti sambil memelukku tatkala terpisah dari Mas Dewo.
Aku hanya tersenyum dan memintanya datang ke rumah untuk merayakan syukuran. Aku juga memperkenalkan Mas Prima kepada Rianti.
"Ini, Mas Prima, calon suami aku!" kataku kepada Rianti, "Dan ini Rianti, teman aku Mas!" kataku kepada Mas Prima saat Rianti terpisah dari Mas Dewo yang sedang berfoto bersama keluarganya.
Setelah wisuda usai, kedua orang tuaku ternyata memprakarsai dan mengacarai kami untuk melangsungkan pernikahan sederhana.Â
Ternyata, diam-diam orang tua telah mendaftarkan pernikahan kami tersebut sehingga benar-benar merupakan surprise bagi kami berdua.
***