"Coba Betta sehari saja berada di kamar dan pura-pura tidak bisa apa-apa. Bagaimana kira-kira perasaanmu? Mau mencoba?" tantangnya.
Betta semakin jengkel. Tiba-tiba ditinggalkan tantenya itu. Betta berlari menuju ke kamar. Tante mengira Betta masih marah. Protes Betta itu akan didiskusikan dengan kedua orang tuanya.
Seminggu telah berlalu. Belum ada solusi untuk mengatasi masalah Betta. Namun, terdengar kabar buruk. Betty pingsan. Segera Papa melarikan ke rumah sakit. Betty didiagnosis menderita leukemia. Tentu saja berita ini membuat seluruh keluarga besar merasa terpukul. Dokter menyarankan untuk melakukan transplantasi sumsum tulang belakang.
Malam itu, Betta mendengar dari kamar, Papa Mama membicarakan masalah transplantasi sumsum. Satu-satunya yang bisa menyelamatkan adalah Betta. Namun, mereka tidak mau melakukan apalagi memaksa Betta. Mereka bersepakat mencari donor saja.
Betta mendengar dengan jelas pembicaraan orang tuanya. Tiba-tiba, Tuhan menggerakkan hatinya. Betta bergegas keluar dari kamar.
"Pa, Ma! Betta mau!" serunya.
Papa Mama terperangah. Kaget sekaligus senang.
"Serius? Betta siap?" tanya Papa. Betta mengangguk tersenyum manis.
Pada hari yang ditentukan, Betta siap di sebuah kamar rumah sakit. Semua berjalan lancar. Operasi pencangkokan sumsum itu pun berjalan sesuai rencana. Lancar dan sempurna.
Ketika Betta pulang dari rumah sakit, Tante Risa membelikan hadiah istimewa. Sebuah boneka Barby cantik lengkap dengan beberapa rok untuk gonta-ganti.
"Terima kasih, Ante!" katanya lirih. "Tapi, ... bonekanya buat adik saja!" lanjutnya.
"Yang lebih membahagiakan ... Betta punya hati luar biasa. Ante salut dan sayang pada Betta!" peluk Tante berurai air mata.