Rahasia Rumah Tua
Oleh: Ninik Sirtufi Rahayu
 "Kuingin tahu lebih detail kondisi rumah tua itu," lapor Maria kepada Ketua Posyandu.
"Caranya?"
"Izinkan kudatangi rumah tersebut lebih sering! Dengan suasana sedikit akrab, kupastikan bisa menyingkap!"
"Baiklah. Selamat berjuang!"
Seminggu itu, si gadis telah dua kali bertandang ke rumah tua. Ia sangat cekatan membantu kesibukan asisten rumah tangga, khususnya dalam mengurus dan membenahi kebersihan rumah demi peningkatan kesehatan dua penghuninya.
"Kok kudengar gemericik air, ya? Apa ada yang bocor?"
Ia  tak berani menanyakan secara langsung. Kedua ibu sepuh penghuni rumah tua itu pendengarannya berkurang.
"Pasti mereka tidak bisa mendengar keran bocor," pikirnya.
Maria memperhatikan dinding basah dan merunut di mana terdengar dan terdapat kebocoran. Ia buka pintu menuju ruang sebelah, menemukan taman in door berukuran 2 x 4 meter persegi. Ada kolam ikan koi, beberapa pot bunga tertata rapi memagari kolam. Dibuatlah  semacam air terjun dengan batu alam yang sengaja ditata secara artistik. Itulah sebabnya, ia mendengar gemericik air.
Maria terperangah. Kagum atas desain taman. Tiba-tiba kedua janda sepuh itu sudah berada di belakangnya. Ia masih takjub.
Mengalirlah cerita masa lalu. Dikisahkan dengan sendu sambil berurai tirta netra.
Ibu Misinem, si empunya rumah tersebut, berasal dari desa pegunungan. Karena itu, ketika menikah dengan suami yang berasal dari kota dan diajak pindah ke desa itu, ia meminta sesuatu.
Sang suami yang telah wafat beberapa tahun silam, menuruti kemauan istri tercinta. Karena harus beradaptasi dengan lingkungan dataran rendah, kepada sang suami yang berprofesi sebagai pemborong, ia meminta dibuatkan ciri khas daerah pedesaan pegunungan. Dibangunlah rumah terkesan adem, rimbun dengan aneka tanaman buah sehingga menenangkan.
Ia pun meminta kesan bunyi aliran dan gemericik air sebagai ciri khas. Dengan demikian, sedikit bisa mengobati kerinduan akan kampung halaman.
"Terkesan suram dan serem malam hari!" lirihnya.
"Kami harus hemat listrik!" dalih penghuni.
"Makanya terkesan angker!" pikirnya. Â
=selesai=
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H