Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - Penulis novel: Damar Derana, Tresna Kulasentana, Centini, Gelang Giok, Si Bocil Tengil, Anyelir, Cerita Cinta Cendana, Rahim buat Suamimu, dll. Buku solo 29 judul, antologi berbagai genre 171 judul.

Masih terus-menerus belajar: menulis, menulis, dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rahasia Rumah Tua

27 Mei 2024   09:56 Diperbarui: 27 Mei 2024   10:27 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Rahasia Rumah Tua
Oleh: Ninik Sirtufi Rahayu

 "Kuingin tahu lebih detail kondisi rumah tua itu," lapor Maria kepada Ketua Posyandu.


"Caranya?"


"Izinkan kudatangi rumah tersebut lebih sering! Dengan suasana sedikit akrab, kupastikan bisa menyingkap!"


"Baiklah. Selamat berjuang!"


Seminggu itu, si gadis telah dua kali bertandang ke rumah tua. Ia sangat cekatan membantu kesibukan asisten rumah tangga, khususnya dalam mengurus dan membenahi kebersihan rumah demi peningkatan kesehatan dua penghuninya.


"Kok kudengar gemericik air, ya? Apa ada yang bocor?"


Ia  tak berani menanyakan secara langsung. Kedua ibu sepuh penghuni rumah tua itu pendengarannya berkurang.


"Pasti mereka tidak bisa mendengar keran bocor," pikirnya.


Maria memperhatikan dinding basah dan merunut di mana terdengar dan terdapat kebocoran. Ia buka pintu menuju ruang sebelah, menemukan taman in door berukuran 2 x 4 meter persegi. Ada kolam ikan koi, beberapa pot bunga tertata rapi memagari kolam. Dibuatlah  semacam air terjun dengan batu alam yang sengaja ditata secara artistik. Itulah sebabnya, ia mendengar gemericik air.


Maria terperangah. Kagum atas desain taman. Tiba-tiba kedua janda sepuh itu sudah berada di belakangnya. Ia masih takjub.
Mengalirlah cerita masa lalu. Dikisahkan dengan sendu sambil berurai tirta netra.


Ibu Misinem, si empunya rumah tersebut, berasal dari desa pegunungan. Karena itu, ketika menikah dengan suami yang berasal dari kota dan diajak pindah ke desa itu, ia meminta sesuatu.


Sang suami yang telah wafat beberapa tahun silam, menuruti kemauan istri tercinta. Karena harus beradaptasi dengan lingkungan dataran rendah, kepada sang suami yang berprofesi sebagai pemborong, ia meminta dibuatkan ciri khas daerah pedesaan pegunungan. Dibangunlah rumah terkesan adem, rimbun dengan aneka tanaman buah sehingga menenangkan.


Ia pun meminta kesan bunyi aliran dan gemericik air sebagai ciri khas. Dengan demikian, sedikit bisa mengobati kerinduan akan kampung halaman.


"Terkesan suram dan serem malam hari!" lirihnya.


"Kami harus hemat listrik!" dalih penghuni.


"Makanya terkesan angker!" pikirnya.  

=selesai=

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun