"Tendon putus, harus operasi secepatnya!"
Dua hari berikutnya, ia harus menjalani operasi tendon jari tengah yang putus. Tepat di hari ulang tahunnya. Meskipun operasi yang tampak sederhana, harus bius total. Dengan demikian, ia tidak merasakan sakit sama sekali saat operasi berlangsung.
Namun, dampaknya ... sebulan lebih ia tidak dapat memanfaatkan telapak tangan kirinya untuk aktivitas vital. Tahu, kan ... fungsi utama telapak tangan kiri adalah untuk membersihkan area vital seusai kita buang hajat. Nah, sungguh ... bukan sesuatu yang mudah! Terpaksa harus meminta tolong sang suami untuk melakukannya.
Sebenarnya dengan rasa tidak enak hati banget! Segan, sedih, malu ... bercampur aduk! Juga rasa kasihan karena telah merepotkannya. Dengan demikian berjuta rasa berpadu saat menunggu perban dibuka.
Pada saat operasi, ia ditangani oleh dokter senior yang profesional. Namun, sang dokter militer tersebut terkenal berwajah angker, begitu disiplin, tanpa senyum, dan pelit bicara. Itulah sebabnya Anin pun merasa takut dan kurang nyaman setiap kali kontrol jemari tengah tangan kiri yang terbalut semacam gips itu.
Beruntung, saat buka jahitan, bukan dokter berwajah sadis yang menanganinya. Justru kali ini ia mendapatkan dokter yang sangat ramah, care, dan humoris. Barangkali mengetahui wajah tegang Anin yang cukup lucu, maka sang dokter pun sejak awal sudah mengajaknya bercanda. Mungkin sang dokter pun melihat aura ketakutan terpancar dari wajah lugunya.
"Ibu ... apakah ini pengalaman pertama operasi?" tanya sang dokter sambil tersenyum grapyak.
"Tidak, Dokter. Ini operasi kedua saya di rumah sakit ini! Operasi yang pertama adalah pengangkatan usus buntu tahun 1995. Tepat tujuh belas tahun silam!"
"Oooh ... ternyata Ibu pasien di sini sejak lama, ya!?"
"Benar, Dokter!"
"Kok Ibu fanatik dengan Rumah Sakit Tentara, apa ada latar belakangnya?" selidiknya.