Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - Menulis sebagai refreshing dan healing agar terhindar dari lupa

Menulis dengan bahagia apa yang mampu ditulis saja

Selanjutnya

Tutup

Diary

Tangan Kiri

21 Mei 2024   04:04 Diperbarui: 21 Mei 2024   04:25 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Tangan Kiri
Ninik Sirtufi Rahayu

"Saudaraku, kita tahu apa makna tangan kanan, bukan?" tanyanya kepada pendengar.
Saat itu Anin menjeda beberapa saat agar pendengarnya menyimak apa yang hendak disampaikannya. Ya, sebagai opening dalam rangka membicarakan masalah remeh, tetapi cukup penting.

Setelah beberapa saat, ia melanjutkan.

"Ya, benar. Tatkala putra-putri kita masih balita, kita selalu menanamkan bahwa menerima pemberian orang lain selalu dengan tangan kanan, yang disebut tangan baik itu. Padahal, bagi seseorang yang mengalami kidal, tentu saja kurang cekatan mempergunakan tangan kanan sebab ia terbiasa mempergunakan tangan kiri sebagai sarana beraktivitas!"

***

Tetiba terlintas di memori ingatannya. Bagai film pendek yang diputr ulang. Saat itu bulan September 2012. Dia bersama beberapa teman hendak mengisi acara Bulan Bahasa yang diselenggarakan oleh MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) Bahasa Indonesia di kotanya hendak mengikuti drama pendek. Mereka harus berlatih di salah sebuah gedung di kampus Universitas Negeri Malang.

Dalam rangka berangkat bersama-sama itulah, Anin mengantar jemput setidaknya tiga orang menumpang di kendaraan pribadinya. Kendaraan mungil itu sudah terparkir di area parker kampus. Ia masih bertengger di belakang kemudi.

Namun, seorang kawan menutup pintu kiri belakang kurang pas. Ia pun berteriak mengatakan bahwa pintunya kurang rapat.

Sementara, telapak tangan kirinya masih menggapai dan berada di pintu kiri tersebut. tetiba, salah seorang teman membuka dan menutup pintu itu sekencang-kencangnya. Tentu saja, jemari tangannya tergencet. Ia berteriak dan meminta teman membukakan pintu itu. Ia pun menjerit-jerit. Panik bukan kepalang.

Secara spontan ia melajukan kendaraan kembali ke klinik kampus. Dokter mengatakan secara fisik tidak apa-apa, hanya memar. Namun, meminta untuk segera melakukan rontgen tulang.

Hari itu, ia tidak mengikuti acara latihan, tetapi segera meluncur untuk rongten di Klinik Melati. Hasilnya tidak apa-apa tulang dan persendiannya. Akan tetapi hingga sebulan rasa sakit itu tidak kunjung sembuh. Nyut-nyutan dan tidak dapat ditekuk. Akhirnya, diantar teman yang menutup pintu hingga jemarinya tergencet, ia berangkat ke RST Supraun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun