Nadya mengurai pelukan suami secara halus sambil berbisik, "Kutunggu di kamar!" berharap tidak didengar Vivi.
Nadya pun beranjak meninggalkan kamar Vivi.
"Nah, kaudengar sendiri 'kan, bagaimana Mama menerima keadaan ini? Jangan khawatir, Papa tahu bahwa Mama pun sangat bahagia!" ujarnya kepada Vivi.
Vivi menggangguk sambil tersenyum dengan sorot netra berbinar-binar.
"Kamu tidak usah khawatir dengan mamamu. Aku sudah sangat mengenalnya. Mamamu tulus. Apa yang dikatakannya, itulah isi hatinya!"
"Iya. Mama hebat!" Vivi mengangguk-angguk dengan gembira.
"Nah, Papa akan diskusi dengan mamamu dulu. Papa tinggal dulu sebentar, ya! Nanti Papa balik ke sini lagi!" pamitnya.
"Baiklah, Pa!"
Beberapa saat kemudian, Prasojo meninggalkan sang kekasih di dalam kamarnya dan menyusul Nadya ke kamar mereka. Vivi melepas semua busana dan becermin dengan cermat melihat perubahan diri.
Dalam hatinya berkata, "Oh, ... benar, aku memang hamil! Terima kasih, Nak, telah hadir di rahimku!"Â
Ia bersenandika sambil meneliti semua perubahan yang dialami. Dibelailah perut yang mulai dirasa ada gerakan-gerakan, denyut-denyut, membuatnya geli itu setiap kali.