"Baik, Ma!" jawab Vivi lembut.
Prasojo menunggu hingga sang istri berangkat lebih dahulu. Alasannya masih akan  menyelesaikan laporan di rumah dulu. Setelah istri berangkat ke kantor, Prasojo menerobos ke kamar Vivi. Rasa kangen mereka sudah tak dapat dibendung lagi. Melihat Prasojo masuk ke kamarnya, Vivi sangat senang.
"Pa ...!" Â senyumnya mengembang dengan manis.
Prasojo mengetahui bahwa putrinya itu sangat merindukan kebersamaan seperti yang biasa mereka lakukan. Di situlah mereka menumpahkan rindu yang sudah bertumpuk. Setelah melakukan aktivitas berdua, ternyata si putri mendadak sembuh. Langsung  turun ke lantai satu untuk sarapan.
"Lapar sekali perutku, Pa!" katanya.
Melihatnya sembuh, Prasojo tersenyum lega.
"Ahhh, ... kamu!" tutur sang ayah sambil mencolek hidung bangir si jelita. Putrinya pun tertawa bahagia.
"Bilang aja rindu!?" lanjutnya.
"Hehe ... mana bisaaaa begitu?"
"Emang, kamu nggak rindu apa?!"
"Nggaklah!"