Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - Penulis novel: Damar Derana, Tresna Kulasentana, Centini, Gelang Giok, Si Bocil Tengil, Anyelir, Cerita Cinta Cendana, Rahim buat Suamimu, dll. Buku solo 29 judul, antologi berbagai genre 171 judul.

Masih terus-menerus belajar: menulis, menulis, dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Damar Derana (Part 9)

19 Mei 2024   06:45 Diperbarui: 19 Mei 2024   07:01 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Segumpal Rasa yang Menyakitkan  

Sudah seminggu sejak Nadya pulang, Prasojo tidak berdekatan dengan si kemenakan. Tentu saja mereka harus tidur terpisah sebagaimana sebelum Nadya bepergian. Prasojo berlagak dan berlaku sebagaimana suami setia. Ia bertekad untuk tidak mempertontonkan kemesraan bersama kemenakan yang kini berubah status menjadi kekasih gelap itu. Harus ditutup dan disamarkan sedemikian rupa, bukan? Namanya saja hubungan gelap, pastilah harus sebisa-bisa dirahasiakan.


Tentu saja Vivi harus kembali tidur di kamar seorang diri. Ia  juga merasakan betapa malam-malam dilanda kesepian. Setelah melaksanakan tugasnya sebagai pelajar, hanya bergolak-golek di atas ranjang empuk tanpa bisa memejam netra. Menahan sejuta rasa yang hendak meletup melewati tutur kata. Namun, ia sadar. Hubungan terselubung itu tak boleh terendus sang bibi, istri sah kekasih hatinya.


Setelah selama ditinggal sang bibi, Vivi merasakan surga dunia bagi orang dewasa, ia pun begitu merindukan kehadiran sang kekasih. Menemaninya terbuai  mimpi. Namun, hal itu tidak bisa dan tidak boleh terjadi lagi. Ia bertekad menutup diri. Sang bibi tidak boleh mengetahui kedekatan di antara paman dan kemenakan. Ia harus mengabaikan dan menutupi gejolak rasa serta rindu itu sedemikian rupa.


 Meskipun Prasojo tidak meminta untuk menyembunyikan perihal kedekatan mereka, Vivi tahu diri. Di hadapan sang bibi, Vivi memainkan acting dengan cukup piawai. Masih sebagai seorang kemenakan bersikap manis. Seolah-olah tidak ada sesuatu yang pernah terjadi di antara keduanya. Perfeks!


Ya, segala sesuatu berjalan normal. Tidak ada kemesraan di antara kedua makhluk seatap itu sehingga sang bibi sama sekali tidak berhak curiga. Selama  Nadya berada  di rumah, semua berjalan baik-baik saja. Tidak ada kehangatan di antara kedua insan yang sebenarnya sedang dimabuk cinta. Saling memendam dan meredam rasa. Keduanya terkendala hingga seluruh rasa harus terkendali. Tidak  bisa lagi mereka melakukan aktivitas asmara dengan leluasa.


Apalagi Vivi pun disibukkan dengan aktivitas sekolah yang kian padat. Bulan depan agenda ujian kenaikan kelas akan dilaksanakan sehingga mau tidak mau harus fokus pada agenda sekolahnya. Pagi ketika berangkat bersama sang paman, tidak ada obrolan tentang cinta. Semua berjalan wajar dan normal.

***

Hari pun bergulir begitu rupa. Tanpa terasa beberapa bulan telah berlalu. Sekitar empat bulanan setelah peristiwa nakal itu terjadi, badan Vivi demam. Beruntung ujian demi ujian telah dilaksanakannya dengan baik sehingga tinggal menunggu hasil saja. Pagi ini Vivi tidak bisa bangun sebagaimana biasa sehingga membuat Nadya menghampiri ke dalam kamar. Suhu badan Vivi cukup tinggi, tetapi ia tidak mau dibawa ke klinik.


"Nggak apa-apa, Ma. Vivi cuma capek aja!" katanya.


"Okelah. Istirahat saja di rumah, ya! Mama ke kantor. Nanti kamu telepon saja jika ada masalah!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun