Dosen Terbang
Oleh: Ninik Sirtufi Rahayu
Aku sedang berada di kelas jarak jauh, kali ini tepatnya di Tumpang, saat seorang petugas menyerahkan presensi mahasiswa. Petugas ini tertawa kepadaku, tetapi aku merasa belum mengenalnya sehingga aku bersikap biasa saja, terlalu formal bahkan. Berbalik seratus delapan puluh derajat dengannya. Ia sok akrab dengan selalu tersenyum lebar saat melihatku dari jarak jauh pun sehingga aku lumayan salah tingkah.Â
Saat beristirahat, dan aku berada di kantor, dia menjejeri tempat dudukku, "Sampeyan lali karo aku toh, Mbak?" tanyanya sambil tetap tersenyum lebar. Artinya menanyakan apakah aku melupakannya. Aku masih kebingungan sambil meneliti wajahnya. Aku benar-benar lupa!
"Aku biyen sering mboncengke sepedah onthel, loh! Soko Jethakan!" lanjutnya masih tertawa terkikik.
Aku makin penasaran. Dia pernah memberiku tumpangan naik sepeda kayuh? Ingatanku berputar-putar, masih bingung.
Lalu, tiba-tiba seorang temannya memanggilnya, "Anu, Pak Tadji, ngapunten. Kami mohon izin untuk mengambil berkas tugas! Paling dua puluh menit sudah kembali, Pak!" pamitnya.Â
Aku mengingat-ingat kembali. "Pak Tadji?" senandikaku.Â
"Mbak, aku Sutadji, koncomu SMP Kalangbret lan SPG Tulungagung!"Â
"Oh, Tuhan!" pekikku sambil memukul dadanya bertubi-tubi.
"Iya, tubuhku mekar sehingga maklum kalau Mbak Nik melupakanku!" katanya.