Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - belajar mengingat dan menulis apa yang diingat

Menulis dengan sukacita sebab hati yang gembira adalah obat

Selanjutnya

Tutup

Diary

Refleksi Diri

27 April 2024   03:07 Diperbarui: 27 April 2024   03:19 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Refleksi Diri

Oleh: Ninik Sirtufi Rahayu

Tetaplah Tenang. Semua Ada di Bawah Kendali Allah

Suara anak kucing sejak beberapa hari lalu terdengar di malam hari sangat membuat hati pilu. Namun, tidak mungkin aku mencarinya mengingat daerah lingkungan kurang mendukung. Ular pernah meninggalkan jejak pergantian kulitnya di pintu garasi. Pernah juga beberapa kali jatuh dari pohon di sekitar rumah. Ular, salah satu hewan yang paling kutakuti sehingga membuat berpikir dua kali kalau mau bergerak di area sekitar rumah. Pinggir sungai dengan rumpun bambu rimbun! Jadi, mendengar suara itu terpaksa tidak bisa melakukan apa-apa.

Kasihan, sih, iya. Akan tetapi apa daya? Nasib si anak kucing yang entah dibuang oleh siapa dan di mana tersebut sangat tragis. Berbeda dengan si Oyen yang tidur pulas dengan manis di tempat tidur, bahkan sering berada di kakiku. Nasib makhluk yang tak dapat diprediksi manusia.

Tetiba karena tidak bisa  memejamkan mata kembali, ingin kutuangkan saja pemikiran sehubungan dengan yang terjadi hari ini ke dalam tulisan.

Pagi tadi, aku mendapat sedikit masalah. Bersyukur aku dapat mengatasinya dengan tenang, sabar, dan tidak dengan gejolak. Sungguh, sesuatu yang cukup mengherankan. Allah bekerja sedemikian rupa di dalam hidupku. Padahal, biasanya rasa sesal dan kecewa tidak dapat kuhindari. Barangkali kekecewaan dan penyesalan itu lebur dalam pemahaman bahwa segala sesuatu ada di bawah kontrol keilahian-Nya. Terpujilah Allah yang memberikan pemahaman tersebut sehingga aku bisa melalui hari dengan permasalahan tersebut secara lebih santai.

Ya, apa pun yang kita punya, yang sebenarnya milik Allah, kapan pun bisa saja diminta-Nya kembali. Keuangan, misalnya. Uang yang sepertinya milik kita, sebenarnya adalah milik Allah. Uang tersebut bisa saja habis atau hilang dengan cara yang tidak kita duga dan bahkan tidak kita suka, jika Allah menghendakinya. Karena itu, aku belajar mengikhlaskannya kalau terjadi sesuatu berhubungan dengan keuangan.

Aku akhirnya bisa mengatakan, "Bukan rezekiku, maka ia harus hilang atau habis dengan cara seperti itu!" Inilah yang sangat membantu membuatku merasa damai dan santai.

Dulu, aku berpikir terbalik. Kalau misalnya kehilangan, aku berpikir dan berandai-andai, "Kalau saja tidak hilang atau habis, pasti jumlahnya sekian sekian!"

Nah, setelah berproses dan mengalami berbagai ujian berkenaan dengan keuangan, barulah kusadari bahwa seberapa pun uang kita, tidak ada artinya karena semua hanyalah titipan. Pasti akan bisa hilang atau habis dengan berbagai cara! Jadi, ya sudah. Yang sudah terjadi biarkan saja terjadi dan berlalu. Ikhlaskan saja! Ternyata itulah kunci yang bisa kugunakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun