Dua tahun sejak kelahiran putra kedua, Mama mengalami hamil anggur. Tujuh bulan harus bed rest sehingga kalian berdua mau tidak mau harus Mama titipkan pada keluarga. Syukurlah, penyakit yang terkenal sebagai mola hidatidosa itu diselesaikan Tuhan dengan cara ajaib. Selanjutnya, lima tahun berikutnya, Mama diberi kesempatan hamil lagi. Luar biasa! Konon, kalau pernah terkena penyakit itu tidak bisa hamil, tetapi Mama diberi anugerah hamil lagi.
Sementara itu, ada Mama baca sebuah quotes begini, "A child is the most beautiful gift this world has to give."Â -- Unknown. Ya, Mama tahu bahwa seorang anak adalah hadiah terindah yang diberikan dunia ini. Jadi, menjadi seorang ibu bagi Mama sangatlah membahagiakan karena memperoleh hadiah istimewa terindah dari-Nya!
Â
Nak, bukan masalah kehamilan yang sebenarnya hendak Mama ungkapkan, melainkan harapan dan impian Mama terhadap kalian bertiga. Maka, izinkan mama mengungkapkannya, ya ... entah kapan kalian membacanya, tetapi suatu saat nanti Mama berharap kalian membacanya.
Kalian tahu bagaimana perjuangan Mama yang berasal dari desa ini. Selain itu, kalian juga tahu mengenai silsilah kehidupan Mama yang sangat menyedihkan dan membuat Mama prihatin sejak kanak-kanak hingga dewasa. Satu keinginan Mama adalah memelopori generasi sukses yang bebas dari gunjingan masyarakat. Bahkan generasi terbaik di antara seluruh saudara dan keluarga besar Mama, semoga. Amin.
Bukan berarti Mama digunjing dan dihujat masyarakat, bukan! Melainkan sebagai dampak tindakan generasi di atas Mama, ada perasaan untuk tidak mau generasi sesudah Mama mengalaminya. Sakit hati banget. Namun, rasa itu Mama gunakan sebagai pemacu dan pemicu semangat sehingga Mama diberi kesempatan berhasil mencapai cita-cita.
Ya, betul sekali, Nak! Konon  katanya kalau seseorang ditempa kesulitan sejak kanak dan remaja, dia akan menjadi sekuat baja. Seolah pedang yang dimasukkan bara perapian, sebagaimana yang dilakukan pandai besi, setelahnya masih harus ditempa sedemikian rupa, hasilnya adalah pedang tajam tiada tandingan.  Dengan tirta netra tiada habisnya menganak sungai, Mama ingin keluar dari kemiskinan dan keterpurukan. Mama pun tidak ingin kalian mengalami hal serupa. Maka, Mama dan Papa berupaya sekuat tenaga agar kalian bisa bersekolah dan berkuliah tanpa harus susah payah mencari biaya sendiri! Mama dan Papa ingin kalian fokus hingga lulus strata satu. Jika sudah, kalian bisa mencari beasiswa untuk lanjut kuliah ke mancanegara.Â
Nah, seperti yang kalian ketahui dan seringkali Mama sampaikan secara lisan, keinginan Mama adalah kalian menjadi orang-orang yang dihormati dan disegani karena kebaikan budi bahasa kalian. Karena kami berdua hanya sebagai guru biasa, bahkan Papa hanya guru honorer suatu yayasan kecil, kami ingin kelak kalian berhasil meniti karier. Jika Papa Mama telah berkontribusi memandaikan anak orang, kami juga ingin putra kami pandai! Lebih pandai daripada murid Mama dan Papa! Itulah target kami. Seolah memaksakan kehendak, ya? Bersyukurnya, kalian pun ingin memetik bintang itu untuk Mama. Terima kasih, Nak!
Mama telah mengajarkan kepada kalian bagaimana mencuri start, bukan? Sebelum bersekolah, kalian sudah Mama ajari sendiri calistung, baca-tulis-hitung sejak usia kalian tiga warsa. Bersyukur, kalian dianugerahi otak encer sehingga mudah menyerap ilmu yang Mama sampaikan. Ujung-ujungnya kalian bertiga selalu menjadi bintang, memperoleh beasiswa, dan cum laude. Sungguh ... hati kami meleleh, terharu sekali atas upaya kalian!
Papa yang hanya meminta namanya disebut saat kelulusan, ternyata berkali-kali menemani kalian berada di panggung kehormatan karena prestasi kalian. Syukur tak terhingga kepada Allah yang bertahta di surga mulia. Walaupun nama Mama tidak pernah disebut karena selalu nama ayah yang disebut. Hahaha ... sesuatu yang sering Mama protes, ya? Bukankah Mama yang mengandung dan melahirkan, mengapa tidak dihargai, ya? Bukankah kepintaran itu gen dari ibu? Artis Dian Sastro dalam tiktok-nya juga mengemukakan loh kalau gen pandai bersumber dari ibu. Bahkan, pada artikel lain juga pernah Mama baca, kok. Jadi, bukan Mama menggombal loh ya! Hehe ... protes yang tak pernah tersampaikan, tetapi Mama yakin kebenaran pasti ada tempatnya.
Oh, iya. Keinginan Mama untuk memiliki putra yang menjadi dokter, sudah dikabulkan-Nya. Lengkap, bungsu selain dokter juga dosen. 'Kan Mama pernah bilang dan ada lagunya juga, tuh. Walaupun ayahnya sopir angkot, anaknya harus menjadi pilot. Kalau ayahnya loper koran, anaknya harus menjadi wartawan. Nah, kalau orang tuanya guru, anaknya harus menjadi dosen, bukan? Intinya, profesi dan karier anak-anak harus lebih baik daripada orang tuanya.