Jangan Bilang-bilang Jika Menangis! Kenapa?
air mata tumpah di depan jendela hati,
hingga pelipis rindu basah kuyup.
ketika hati terbakar segala prahara,
air mata 'kan memadam api di dada
hingga mendingin
saat sedih air mata tepat 'ntuk dinikmati
saat  kecewa air mata menjadi jembatan hati
mengapa mesti malu 'ntuk menangis?
bukankah air mata itu
pembersih jiwa yang carut-marut?
pengosongan emosi yang membuncah?
air mata menetes di atas sajadah
bukan kelemahan
itu kekuatan
air mata punya kisah sendiri
ia 'kan datang dari hati bukan otak
ia menyembul dari batin bukan nalar
ia mengalir tanpa insan-Nya mau
ia tercurah bukan karena insan-Nya ingin
ia tercurah karena rasa menyeruduk
ia mengalir bukan karena ringkih
ia mengalir karena bahagia
ia terlepas dari bongkahan derita
mengalirlah seperti sungai Mahakam
yang selalu memberi kehidupan
mengalirlah seperti lava dingin
yang selalu memberi kesuburan
air mata bukan musuh,
ia sahabat para orang hebat
yang bersembunyi di balik sumringah
yang selalu terlihat tegar
yang selalu nampak sangar
yang aksaranya terbungkus
sarkasme
ironi
padahal di balik semua
air mata menerobos hingga ke jiwa
ada bongkahan ngilu merintih di dalamnya
ada keping-keping hati yang tersungkur di selanya
ada prahara pelik yang tiada terelak rumitnya.
ketika luka, bicara tiada manfaat
air mata 'kan jatuh berleleran di tanah
ketika sedih tiada mampu terungkap
air mata 'kan jatuh di depan jendela sukma
ketika lara meradang, tulusnya cinta menganga
mata 'kan berdarah-darah
sebab air mata isyarat, jatuh tanpa suara
sebab air mata bahasa terjujur
mampu menjelma menjadi mata pena
air mata mampu mendewasakan!
kenapa jangan bilang-bilang jika menangis?
kenapa... ?
NK/26/09/2020
@SangiheBanuaku