Mohon tunggu...
Ninik Karalo
Ninik Karalo Mohon Tunggu... Guru - Pendidik berhati mulia

Fashion Designer, penikmat pantai, penjelajah aksara-aksara diksi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Obsesi di Balik Kisah Perceraian

8 September 2020   19:33 Diperbarui: 9 September 2020   05:05 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Obsesi di Balik Kisah Perceraian

Malam itu rembulan memang sedang bersahabat
Cahayanya membias, ia menyembul
seolah menerangi kalutnya tepian pantai
Andai bintang pun mau membiaskan kilaunya
Tapi untuk apa? Untuk melipat ombak menjadi
lipatan wiron agar deburan ombak
menjelma menjadi perempuan cantik
secantik Ratu pantai?

Kata andai telah lama bertahta
mengacak-acak akal sehat
yang bertahun-tahun terjaga setia
hingga luruh lalu menyerah
sebab kesetiaan tak lagi bermegah
sebab kehangatan ternoda bibir bergincu

Menempel di kulit kerah kemeja, berdalih meeting
Bagai capung menghinggap di tengkuk bak dijilat setan
Tertindih hati, kekhawatiran pun membersit
Terampas hak budget, anggaran belanja negara kecil
Para kurcaci menahan nyeri meraung lantang
Merintih memohon kasih, serta sapaan penuh cinta

Sebab bapak telah menelusup masuk ke sarang laba-laba
Sebab ibu tak tahan, lalu berdalih tak bahagia
Segala yang tersanjung ternyata hanya ilusi
Tak dinyana semua terkuak
si ibu pun menyeruak,
"Itu cara misteri Sang Khalik melindungi. insan-Nya"

Sebab bapak tega menyisihkan jajanan
membagi buat para pengidap kleptomani
Dua insan pun bersepakat
menyelinap di balik alasan beda prinsip
perceraian tak terelakkan.

Apa yang kau cari?
Harta?
Cinta?
Kembalikan belahan jiwaku!

Tapi apa jawab perempuan pembobol cinta
Hai, perempuan belahan jiwa, Ratu istana
Rasanya kubutuh kehangatan yang kau punya
Status nan absah bermain dalam nalar
Ingin kumiliki dia seutuhnya, melegalkan segala hak

Ada hasrat 'ntuk membusung dada
saat melangkah bersama dia
Ingin jemari ini menggenggam erat jemarinya
Tahukah kau? Kuingin kau segera lenyap
agar tiada lagi penghalang melintas
Ingin kumiliki dia seutuhnya

Dan Aku? sela sang Ratu istana
Hai perempuan penyobek hati
Jangan biarkan keangkuhan menjahanamkan diri
Lepaskan ego yang membelit
Aku tahu, menggaduh itu menarik bagimu
Tertawalah di atas penderitaan orang lain

Hai, perempuan pemelintir hati
Ulahmu menyayat, walau di lubuk amarah melumpuh
Telatahmu mengikis simpati, tapi ada hikmah menyeruduk
Teganya membabat hingga sukma menggundah
Kenapa pula harus nelangsa, harusnya disyukuri
Pahamku, Dia memberi tegar lewat semburan konflik.

Satu yang menyembilu, lanjutnya membatin
Aku terpuruk parah saat mendengar
suara-suara rintihan para kurcaci
Ma, terus aku ikut siapa?
Pa, jangan biarkan kami kelaparan!

Lalu apa jawab perempuan penyejuk jiwa?
Kalian masih punya Mama, Nak!
Yakinlah, kita tak akan kelaparan.
Kalian harus kuat, dunia ini keras
Di luar sana para pecundang berkeliaran.

Hidup bukan untuk ditimang-timang,
tapi dirasakan
Jadilah insan tegar, tenang dan bijak
Ayolah, Nak! serukan yel-yel kita, yuuk!
Mama hitung ya... satu, dua... tigaa..

"Siapa takuut... ?"
serempak
sembari melompat
melayang di udara.

Kata pamungkas itu
mengharu biru
menguatkan
saling berkait,
berpelukan
penuh kasih sayang.

***                                              

NK/06/09/2020
@SangiheBanuaku
#AntologiPuisiRinduDamai
#PuisiBaladaObsesidiBalikKisahPerceraian

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun