Mohon tunggu...
Ninik Karalo
Ninik Karalo Mohon Tunggu... Guru - Pendidik berhati mulia

Fashion Designer, penikmat pantai, penjelajah aksara-aksara diksi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Dia Meluka dalam Puisi

14 Agustus 2020   07:00 Diperbarui: 15 Agustus 2020   07:34 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dia Meluka dalam Puisi

dia ingin merangkai puisi lewat jemari lentik
seperti air mengalir dari bukit-bukit
menghanyut melewati sungai menembus hilir
dia ingin memintal diksi menyusur lintasan imaji
seperti nelayan yang terus mengepang jaring
lalu melempar ke laut agar jaring berisi
demi generasi emas, menyambung nafas para kurcaci

dia ingin merajut puisi yang tersusun kokoh
bagai akar-akar menggantung tegar pada manggrove
yang terus mengawal pantai bak menjaga larik-larik
pada titian bait-bait abadi dalam dekapan nafas berahi
dia ingin amanat leluhur lestari dalam urat nadi

seperti melestari flora, fauna dalam aroma surga
seperti Taufik Ismail dalam lagu-lagunya Bimbo
seperi sastrawan W S Rendra si Burung Merak
seperti puisi Remy Silado dengan Mbelingnya

dia ingin memaknai puisi yang tetap puitik
sebab puisi bisa mengajari hidup dinamis
menafsir bait-bait dalam setiap larik-larik
meniti jembatan hening dalam setiap baris
bercakap serak tentang rindu pada cadas kerikil
berucap gejolak cinta pada setiap bunyi

bernyanyi merdu pada susunan rumit
tapi begitu teratur menguap gaib
di atas lintasan baris-baris kefanaan
dia seolah merasa bersalah pada sungai
pada angin yang terus mengurut dada
menggayut pada hati yang penuh miris
sebab sapaan bait-bait tak lagi berirama

dia ingin menulis puisi tentang apa pun
menyingkap ritme yang berkelip di jiwa
sebab rima mengeluh, sajaknya kian meredup
dia meluka dalam hentakan puisi nan hambar  

dia ingin terus tegak berdiri
bertahan dengan nama baik penghuni bumi
agar suara nurani 'kan tetap menyeru
merilis indah, tegar bak tugu Monas
tanpa melukai lahirnya
berhias majas
berkarakter
berciri

dalam larik dia mendaki bukit
dalam bait dia menyusur sungai
dalam diksi dia menembus hilir
dalam majas dia mengarungi laut

sedang aku terhenyak di sudut puisi
ditulis indah anak zaman now
puisi tanpa judul namun syahdu terangkai
mesra memeluk hangat kaidah, teguh
dalam diksi
dalam bait
dalam baris
dalam kias

Majas/kias/metafor/simbol

#NK/13/08/2020
@SangiheBanuaku

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun