Mohon tunggu...
Ninik Karalo
Ninik Karalo Mohon Tunggu... Guru - Pendidik berhati mulia

Fashion Designer, penikmat pantai, penjelajah aksara-aksara diksi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Nyaliku Hilang

16 Juni 2020   10:31 Diperbarui: 16 Juni 2020   11:50 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ingin kucumbu desah kelakarmu, tapi nyaliku hilang arah
Ingin kugamit gesekan riangmu, tapi gejolak hirarkiku luruh
Ingin kusingkap tirai rinduku, tapi raung pikatku terciduk
dalam rantai rumit di planet bumi, di dasar kalbu

Ingin kuubah butir pasir menjadi tebaran berlian
agar bisa kupersembahkan sebagai hadiah
agar rinduku tak henti menyalak, memapar dengung cinta
menyingkap nyanyian merdu deru ombak malam

Sayang, selalu saja ada konsep membingungkan
Bak monyet gesit pesonakan isyarat usang
Seperti hukum alam membedah keluh
Meninjau tepian nalar, mencekau peluh

Narsisku kini sekarat, remuk
Dalam cumbumu aku malara
Dalam riangmu rinduku menyeruduk
Nyaliku hilang di bibir pantai Teluk Tahuna

NK/16/06/20

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun