Derunya gerigi tak terhentikan hingga melerai ilusi
Kristal malam tak mampu meliuk-liukkan helai
Dedaunan tak bernyali terbang apalagi bersenda gurau
Lantangnya akustik rie-rie tak lagi melengking
terciduk belantaraku
tercabik satwaku
Menyelinap di antara dengung dongeng cinta
Layaknya pesta malam memperebutkan juara
Pembalakan meruah, menyulut tandusnya belantara
Embun tak lagi mesra menggauli dedaunan
terhempas hutanku
terkulai ragaku                                                                                          Â
Barisan balok berantakan hampir menggila
Batang dan ranting merebah memelas hati, resah
Seperti membalak rentetan nasib, berarakan
Rinduku terkepung dalam kerontangnya belantara
Terciduk  hutanku
Terkulai rasaku
Floraku melunglai di antara hewan malam, keruh
Faunaku luntang-lantung layaknya ubur-ubur
Enggan menyerah namun mundur hingga tergusur sia-sia,
Rimbaku kini canggung melestarikan keajaibannya
Terciduk belantaraku
Terbelah rasaku
Naluriku iri pada alam liar,
yang terus mengguarkan aroma surga
Sedang di negeri sendiri, alamku teraniya
Belantaraku hilang, sukmaku gersang
                            Â
                                      2016
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI