Mohon tunggu...
Ninik Jumoenita
Ninik Jumoenita Mohon Tunggu... Seniman - being no body

learn to life...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

"Berburu" Daging Kurban untuk para Korban; Catatan Idul Adha 1438 H

16 September 2017   13:16 Diperbarui: 16 September 2017   13:26 782
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sapi kurban dari wakil gubernur jawa tengah

"Mbak, di tempatmu ada yang berkurban tidak? kami bagi daging nya ya". Kalimat tersebut terkirim melalui aplikasi whatappsjumat pagi saat perayaan Idul Adha 1438 H yang jatuh tepat pada tanggal satu september 2017 kemaren. Pesan tersebut dikirim oleh Atik, Ibu Penjaga Rumah Aman (shelter) bagi perempuan dan anak korban kekerasan. Jika tidak ada sms tersebut, pastilah tidak terpikir untuk mencarikan akses untuk mendapatkan daging kurban untuk penghuni rumah aman yang memang rumah tersebut dibuat tertutup dan dirahasiakan keberadaannya. Saat Idul Adha berlangsung di rumah aman tersebut ada empat jiwa yang sedang mencoba mengamankan diri dari jangkauan pelaku kekerasan.

 Setiap hari raya Idul Adha, menjadi sebuah pengharapan bagi wong cilik untuk turut menikmati menyantap daging kambing atau daging sapi. Demikian pula harapan para penghuni Rumah Aman yang ada di Kota Semarang. Atik, Ibu Pengelola rumah aman ini mengaku jarang sekali mengkonsumsi daging. 

Dia jarang menyajikan daging sebagai menu utama untuk para korban kekerasan yang tinggal di rumah aman. Hal tersebut karena anggaran permakanan untuk para korban hanya sebesar Rp. 15.000 untuk setiap jiwa untuk makan sehari. Hampir mustahil jika untuk belanja daging daging sapi yang rata-rata per kg mencapai harga Rp. 110.000,-.  

Atik memutuskan untuk mendapatkan daging kurban dari Panti Marhaen DPD PDI Perjuangan Jawa Tengah yang berada di seputaran milo Kota Semarang. Panti Marhaen menyembelih delapan sapi dan tiga kambing. Empat sapi diantaranya adalah hewan kurban dari Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo dan Heru Sudjatmoko. Prosedur pengambilan daging dengan cara mendaftar ke panitia dan akan diberikan nanti jika semua hewan kurban sudah selesai dipotong.

panitia-59bcc1067a70f127034142d2.jpg
panitia-59bcc1067a70f127034142d2.jpg
Waktu masih menunjukkan pukul 10.30 wib, kesibukan di panti marhaen masih dengan aktifitas memotong hewan kurban dan memisah-misah daging dalam kantong plastik putih yang masing-masing diisi dengan satu kilo gram daging. Panitia memperkerjakan lebih dari 20 orang untuk memotong dan membagi potongan daging kedalam plastik. Mereka bekerja di ruang tertutup kain penyekat agar tidak menjadi kerumunan warga. 

Diluar ruang tertutup bekerja para pekerja yang bertugas menyembelih, menguliti dan mememisahkan daging dengan jeroan hewan kurban. Setelah dikemas dalam plastik, bungkusan daging di dalam plastik tersebut dimasukkan dalam tas karung untuk dikumpulkan pada sudut ruangan dimana nanti akan dibagikan kepada warga yang datang ke Panti Marhaen.

Warga riuh berdesakan Berebut Daging

desakan-1-59bcc0be2bb4bf72377dbc52.jpg
desakan-1-59bcc0be2bb4bf72377dbc52.jpg
desakan-2-59bcc0ca7a70f123805e1313.jpg
desakan-2-59bcc0ca7a70f123805e1313.jpg
 Pukul 13.00 selepas sholat jumat, terlihat warga mulai berdatangan ke Panti Marhaen. Motor-motor di parkir meluber ke sisi jalan raya sehingga sempat memacetkan jalan Majapahit, tepatnya di depan Panti Marhaen. Namun prose pengemasan daging baru selesai sekitar pukul 15.00. Panitia menutup pintu-pintu gedung panti marhaen dan hanya di buka dua pintu di sisi samping gedung. Pintu sisi barat untuk masuk warga yang akan mengambil daging dan pintu sisi timur untuk keluar. Namun sayangnya tidak ada petugas yang mengatur antrian di luar pintu. Alhasil warga berdesak-desakan untuk masuk kedalam gedung. 

Tak elak anak-anak, perempuan dan orang tua menjadi korban desak-desakan yang sulit diurai. Teriakan warga yang terjepit dan teriakan panitia untuk mengatur persis membuat gaduh suasana sore itu. Warga tidak tertib dalam barisan dan tak ada petugas yang mengatur barisan. Namun dalam tengah proses berlangsung, panitia berusaha keras untuk mengurai kerumunan ini. Ada kurang lebih 500 an warga yang turut mengambil daging kurban di tempat ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun