1. Hakikat Manusia
Mengenai apa manusia itu, ada 4 aliran yaitu aliran serba zat, aliran serba ruh, aliran dualisme (gabungan dari aliran pertama dan kedua), dan  aliran eksistensialisme.
- Aliran serba zat mengatakan bahwa yang sungguh-sungguh ada itu hanyalah zat atau materi. Zat atau materi itulah hakikat dari sesuatu. Alam merupakan zat atau materi, dan manusia adalah unsur dari alam. Maka dari itu hakikat dari manusia itu adalah zat atau materi.
- Aliran serba ruh berpendapat bahwa segala hakikat sesuatu yang ada di dunia ini ialah "Ruh". Juga hakikat manusia adalah "Ruh". Ruh adalah sesuatu yang tidak menemppati ruang, sehingga tak dapat disentuh atau dilihat oleh panca indra.
- Aliran dualisme menganggap bahwa manusia itu pada hakikatnya terdiri dari dua substansi yaitu jasmani dan rohani, badan dan ruh. Kedua substansi tersebut masing-masing merupakan unsur asal yang adanya tidak tergantung satu sama lain. Jadi badan tidak berasal dari ruh juga sebaliknya ruh tidak berasal dari badan. Hanya dalam perwujudannya, manusia itu serba dua, jasad dan ruh, yang keduanya berintegrasi membentuk yang disebut  manusia. Badan dan ruh terjalin hubungan yang bersifat kausal, sebab akibat. Artinya antara keduanya saling pengaruh mempengaruhi.
- Aliran eksistensialisme memandang manusia tidaak dari sudut serba zat atau serba ruh atau dualisme dari dua aliran itu, tetapi memandangnya dari segii eksistensi manusia itu sendiri, yaitu cara beradanya manusia itu sendiri di dunia ini.
Islam berpandangan bahwa hakikat manusia ialah manusia itu merupakan perkaitan antara badan dan ruh. Badan dan ruh masing-masing merupakan subtansi yang berdiri sendiri, yang tidak tergantung adanya oleh yang lain. Proses perkembangan dan pertumbuhan fisik manusia, tidak ada bedanya dengan proses perkembangan dan pertumbuhan pada hewan. Hanya pada kejadian manusia, sebelum makhluk yang disebut manusia itu dilahirkan dari rahim ibunya, Tuhan telah meniupkan ruh ciptaannya ke dalam tubuh manusia. Ruh yang berasal dari Tuhan itulah yang menjadi hakikat manusia.
2. Hakikat Masyarakat
Dalam bahasa inggris masyarakat disebut dengan istilah society, dari bahasa latin  societas dari socio yang berarti mengambil bagian, berbagi, menyatukan. Masyarakat adalah suatu kumpulan orang-orang, atau suatu asosiasi sukarela individu-individu yang mempunyai tujuan-tujuan yang sama.
Masarakat dalam islam diistilahkan dengan ummat atau umma. Istilah ummah berasal dari kata 'amma, yang artinya bermaksud (qashada) dan berniat keras ('azima). Ummah (masyarakat) adalah kumpulan manusia yang saling berinteraksi bersama yang diikat oleh keyakinan atau agama, warisan budaya, lingkungan sosial, keluarga, politik, tanah air, perasaan, cita-cita dan lain-lain dalam rangka mencapai tujuan.
Dari pengertian tersebut menunjukkan bahwa perlunya suatu ikatan atau aturan yang dapat mengikat dan melakukan kontrol terhadap kehidupan manusia dalam bermasyarakat. Ikatan yang berupa aturan tersebut dalam pandangan Islam sangat perlu agar manusia yang menjadi bagian kecil dari masyarakat bisa hidup saling menghormati kepentingan orang lain dan saling toleransi dalam rangka mencapai tujuan bersama untuk mencapai masyarakat yang adil dan beradab sesuai dengan ajaran dalam Al-Quran dan Sunnah Rasullullah SAW.
Hakikat masyarakat dalam pandangan filosuf barat dengan pandangan Islam. Masyarakat Islam sangat seimbang dalam memperhatikan hak individu dari anggota masyarakatnya dan tetap harus taat atau tunduk pada aturan yang sudah ditetapkan dalam kitab suci sebagai petunjuk yang sudah ditetapkan oleh Allah ataupun aturan dan hukum yang dibuat oleh manusia untuk pengendalikan dan mengontrol kehidupan manusia dalam bermasyarakat. Hal tersebut dilakukan untuk mencapai tujuan bersama yaitu dalam rangka menjaga harkat dan martabat manusia serta menuju masyarakat yang makmur, adil dan beradab.
3. Hakikat Alam
Dalam konsep filsafat islam, alam semesta adalah wujud atau eksistensi Tuhan dalam kehidupan ini, dan mencerminkan tanda-tanda kebesaran Tuhan, atau ayat-ayat-Nya. Alam semesta tidak bisa dilihat dengan mata kepala manusia, karena penglihatan mata kepala manusia sangat terbatas. Alam semesta sebagai eksistensi tuhan dalam kehidupan ini, meliputi langit, bumi, gunung, samudera, dan lain sebagainya.
Alam semesta pada hakekatnya adalah eksistensi diri tuhan sendiri, dan itu tidak diciptakan. Dilihat dari eksistensinya, ada tingkatan-tingkatan wujud yang bersifat struktural dan hierarkis, yaitu wujud tertinggi adalah eksistensi diri tuhan sendiri, yang menjadi awal dan akhir dari segala yang ada, kemudian alam semesta sebagai wujud eksistensinya, yang metafisik, gaib, tak terbatas, kemudian alam besar yang menjadi kumpulan sejenis, yang abstrak yang dapat ditangkap melalui konsep, sifatnya terbatas dan bisa dilihat terutama pada satuan jenisnya seperti manusia, bumi, langit, udara, binatang. Alam merupakan bukti kebesaran tuhan yang diciptakan untuk dikelola oleh manusia di bumi. Sehingga dalam pandangan Islam alam harus dikelola dengan selalu berpedoman pada hukum-hukum Allah demi kemaslahatan manusia itu sendiri.
4. Hakikat Ilmu Pengetahuan
Persoalan hakikat ilmu pengetahuan telah menjadi perdebatan antara kaum materialis dan kaum idealis. Kaum materialis hanya mengenal pengetahuan yang bersifat empiris, dengan pengertian bahwa pengetahuan hanya diperoleh dengan menggunakan akal atau indera yang bersifat empiris dan terdapat di alam materi yang ada di dunia ini. Sedangkan menurut kaum idealis, termasuk Islam, ilmu pengetahuan bukan hanya diperoleh dengan perantaraan akal dan indera yang bersifat empiris saja, tetapi juga ada pengetahuan yang bersifat immateri, yaitu ilmu pengetahuan yang berasal dari Allah sebagai khaliq (Pencipta) pengetahuan tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H