Mohon tunggu...
Ninid Alfatih
Ninid Alfatih Mohon Tunggu... Guru - ibu 3 anak

just a reader

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Dinasti Joseon dalam Drama Korea

5 Desember 2020   19:56 Diperbarui: 5 Desember 2020   20:05 1204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Joseon merupakan dinasti yang memimpin Korea selama lebih 500 tahun (Juli 1392 sampai Oktober 1897) setelah runtuhnya dinasti Goryeo. Bisa dibilang Joseon lah pembentuk peradaban Korea modern.

Perkembangan awal Dinasti Joseon sangat terasa perubahannya dibandingkan dinasti Goryeo.

Raja pertama, Yi Seong Gye dan keturunannya membuat perkembangan dalam berbagai sektor yang menjadikan cikal bakal perubahan untuk Semenanjung Korea lebih modern. Walaupun tentu saja perjuangan itu tak mudah didapatkan.

Selama kurun waktu 500 tahun tersebut, Joseon mengalami banyak fase naik turun sebuah pemerintahan monarchi. 

Kehidupan pemerintahan Joseon banyak intrik dari dalam maupun invasi dari luar seperti serangan Manchuria pada abad 17 dan dari Kekaisaran Jepang abad 16 dan beberapa tahun sesudahnya.

Intrik di dalam kerajaan Joseon sebagaimana dialami sejarah kerajaan lain di dunia, didasarkan atas perebutan dan pengaruh kekuasaan di antara para pangeran dan orang dekat raja seperti Perdana Menteri, panglima perang, bahkan kaum kasim ataupun budak.

Pada tahun-tahun yang hampir sama, beberapa dinasti besar di dunia juga mengalami sejarah yang tak jauh beda.

Dinasti Abbasiyah di Baghdad, juga mengalami periode tersebut saat pengaruh dari Persia dan Turki bergantian mengambil alih melalui perkawinan dan dominasi orang terdekat.

Agak menarik jika kita bisa melihat dari atas awan betapa peradaban besar dunia tersebut memiliki karakteristik yang mirip, meskipun mereka sangat mungkin tidak saling berinteraksi. Satu-satunya kesamaan historis adalah invasi Cina di beberapa wilayah di Asia dan Eropa. Termasuk Abbasiyah dan Jawa pada akhir Singasari, meskipun gagal.

Perebutan kekuasaan di Joseon dilakukan oleh para pangeran, para menteri yang mendominasi pemerintahan, maupun pemberontakan yang dilakukan oleh rakyat yang tidak puas atas pemerintahan Raja. 

Perdana menteri dalam hal ini memainkan peranan yang sangat penting untuk mengendalikan raja, terutama di fase akhir Joseon. Keluarga Kim Andong selama beberapa dekade Joseon mirip dengan dominasi keluarga Buwaihi dari Persia dan Saljuk dari Turki dalam periodisasi Abbasiyah.

Mereka mulai menggunakan pengaruhnya melalui perkawinan Raja dan Ratu yang berasal dari klan mereka.

Di akhir masa Joseon, keluarga Kim Andong selalu mensuplai ratu sebagai pendamping Raja yang tentu saja berasal dari klan mereka. Bahkan untuk melestarikan pengaruh, mereka tak segan menghabisi pesaingnya. Dalam hal ini, Raja sama sekali tidak berkutik. Calon Raja yang tampak pintar dan progesif akan ditengarai membahayakan.

Tidak heran jika banyak keluarga raja yang dituduh dengan dalih pengkhianat, akan dihukum oleh persekongkolan menteri karena dianggap membahayakan pengaruh mereka.

Di antara beberapa raja yang terpenjara karena kehidupan privacynya diintervensi oleh keluarga Kim, ada satu raja yang keras kepala dan bersikeras memilih Ratu nya sendiri. Dia adalah raja Heonjong (1834-1849)

Alasan Hyeonjong untuk melakukan tindakan seperti itu (yang belum pernah terjadi sebelumnya) adalah karena salah satu calon pengantin yang disodorkan oleh Perdana Menteri, telah memikat matanya, yaitu seorang wanita yang bernama Kim yang 4 tahun lebih muda dari Raja Heonjong. Calon ini tercatat memiliki kecantikan yang luar biasa dan telah menarik perhatian Raja.

Secara tradisional, Raja tidak diizinkan untuk berpartisipasi dalam proses seleksi pengantin karena keyakinan bahwa Raja yang sedang jatuh cinta tidak mungkin fokus pada pemerintahan negara itu karena perasaannya akan mempengaruhi setiap keputusan yang diambil. 

Aturan ini ditaati oleh semua raja dalam sejarah Korea, sebelum Raja Heonjong. Meskipun Raja yang terkenal keras kepala ini berupaya untuk memilih pengantinnya sendiri, namun nenek dan ibu raja tetap memilih calon yang berbeda, yaitu dari klan Hong untuk menjadi pengantin Raja.

Kecewa dan patah hati, Raja menggunakan kamar tidur terpisah selama tiga tahun sehingga Raja dan Ratu tidak punya anak selama itu.

Menggunakan "ketidakmampuan" Ratu untuk melahirkan anak, Raja lalu membawa Kim ke istana sebagai permaisurinya. Mereka dapat hidup bersama selama 605 hari (hampir dua tahun) sebelum kematian Raja pada usia 22 di tahun 1849.

Setidaknya ada dua drama Korea berlatar belakang Joseon yang hampir mirip settingnya dari sisi intrik dan karakter raja yang keras kepala dalam memilih Ratunya sendiri. 

Drama itu berjudul Queen: Love and War atau Selection: The War Between Women (2019) yang dibintangi oleh Kim Min Kyu (sebagai raja Lee Kyun) dan Jin Se Yeon (sebagai ratu Kang Eun Bo).

Sedangkan satu lagi berjudul Love in the Moonlight atau Moonlight Drawn by Clouds (2016) yang diperankan Park Bo Gum (putra mahkota Lee Young) dan Kim You Jung (Hong Ra On)

Walaupun ini drama dengan genre fiksi, tapi kita akan melihat keduanya lekat dengan kisah raja Hyeonjong. Terutama terkait keberanian raja melawan hegemoni menteri-menterinya.

Kemiripan 2 drakor ini tidak saja terletak pada kisahnya. Bahkan tokoh utama prianya, yakni Kim Min Yu dan Park Bo Gum yang memerankan dengan apik tokoh utama di 2 drama tersebut, mirip. Yakni raja Lee Kyun dan putra mahkota Lee Young ( namanya aja juga mirip). 

Di mata saya, Min Yu dan Bo Gum sangat mirip wajahnya. Ada gurat jenaka di wajah mereka, kendati saat serius dan sedang jatuh cinta mereka begitu menjiwai perannya.

Kedua tokoh utama ini disamping terlihat keras kepala juga ditampilkan cerdik saat mengelabui musuh dalam selimut di sekitar kerajaan. Mereka juga cerdas dalam menyusun strategi politik meskipun berkali-kali hampir terjebak dalam siasat para menteri. 

Mereka berdua juga digambarkan suka membaca dan dekat dengan rakyatnya. Gemar menyamar sebagai orang biasa dan berbaur dengan masyarakat biasa. Karena itu, perspektifnya cenderung membumi. Hal ini jelas berlawanan dengan Perdana Menteri dkk yang konservatif dan koruptif.

Kedua raja ini juga digambarkan jahil dan cuek dengan kehidupan istana, tapi sangat perhatian pada adik perempuan dan selir raja yang ditindas oleh sang Ratu yang berasal dari keluarga Kim.

Perempuan yang mereka taksir juga kritis dan cerdas, walaupun bukan dari kalangan bangsawan. Orang tua Eun Bo, yakni Kang Yi Su, dalam Queen Love and War adalah seorang pemimpin sarjana konfusianis yang berfikiran reformis dalam memandang pemerintahan. Buku sucinya, Teori Pencerahan, dianggap berbahaya oleh PM, sehingga harus dimusnahkan. 

Sedangkan Kang Yi Su sendiri dipenjara karena dianggap memberontak. Padahal sejatinya, dia melihat dan mendukung raja muda, Lee Kyun, sebagai pembaharu karena pemikiran mereka yang mirip tentang kemanusiaan.

Sementara dalam Love in the Moonlight, tokoh perempuan, Hong Ra On, benar-benar putri seorang pemberontak. Ayahnya, Hong Gyeong Nae, adalah pemimpin Baekwoon, sebuah kelompok yang pernah menyerang istana dan hampir membunuh Raja.

Baekwoon merupakan kelompok yang menyuarakan harapan rakyat yang tertindas karena aturan kerajaan dan menginginkan raja lebih bijaksana kepada rakyatnya. 

Namun kelompok ini dimanipulasi oleh PM, sehingga mendapat cap sebagai pengkhianat dengan cara membuat keonaran mengatasnamakan Baekwoon untuk menekan raja.

Karena kelangsungan hidup  kedua perempuan ini sangat rentan akan bahaya, keduanya pun menyamar.

Eun Bo harus menyamar sebagai agen penyelidikan atau detektif partikelir pemilik Buyong Agency, sedangkan Hong Ra On harus menyamar sebagai lelaki pemain komedi jalanan, sekaligus pintar membuat syair. 

Namun bisa diduga, para tokoh yang saling jatuh cinta ini akhirnya bertemu setelah melalui liku- liku yang panjang di tengah intrik politik kerajaannya. 

Tidak dijelaskan dalam drama ini apakah Hong Ra On menjadi ratu atau hanya sekedar penulis dan pemilik toko buku, yang jelas hubungan mereka dekat setelah intrik dimenangkan oleh putra mahkota. 

Yang tidak bisa diabaikan dalam Moonlight adalah keberadaan dua tokoh yang pernah menjadi sahabat putra mahkota, Lee Young, saat masih kecil. Mereka adalah Kim Young Sung dan Byung Yun. 

Mereka berdua sangat dekat dengan pangeran dan menjadi patner utama dalam latihan memanah. Bahkan Young Sung pernah berjanji akan setia mengabdikan hidupnya untuk putra mahkota,

Namun ketika dewasa , ironi menghampiri Young Soun. Hubungan pertemanan itu renggang saat putra mahkota bersikap dingin dan acuh padanya. Semata karena dia berasal dari keluarga Kim yang telah berkonspirasi membunuh ibunya demi mengangkat Ratu dari klan Kim.

Sementara Byung Sun yang misterius dan setia mendampingi dan melindungi Lee Young saat beberapa kali dia dalam bahaya justru merupakan anggota Baek woon yang dicari-cari sebagai musuh oleh prajurit istana.

Namun pengorbanan keduanya akhirnya mengembalikan kedudukan mereka sebagai sahabat yang setia hingga akhir hayat.

Perdana Menteri Kim sendiri yang digambarkan begitu dingin dan kejam dalam 2 drama tersebut dikisahkan kalah dan bunuh diri.

Mungkin masih banyak lagi drama dengan latar belakang sejenis. Namun kemiripan tokoh dan cerita dalam 2 drama tersebut agaknya hanya dipisahkan oleh imajinasi dan kreativitas sutradara dan penulis skenario. shhaja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun