Mohon tunggu...
Ningsih Wiji Astuti
Ningsih Wiji Astuti Mohon Tunggu... Guru - Guru Kelas di SD IT ANNAHDLIYAH

Penulis merupakan guru di salah satu sekolah swasta di wilayah Warungpring yang bernaung pada Dinas Pendidikan Pemalang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 1.1 Filosofi Ki Hadjar Dewantara

27 Mei 2024   14:08 Diperbarui: 27 Mei 2024   14:39 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Assalamualaikum, saya Ningsih Wiji Astuti, S.Pd. Calon Guru Penggerak Angkatan 10 Kabupaten Pemalang.  Pada kesempatan ini saya akan menulis mengenai Jurnal Refleksi Dwi Mingguan pada modul 1.1 tentang Filosofis pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang Pendidikan. Jurnal Refleksi dwi mingguan ini dibuat untuk melengkapi salah satu tugas calon guru penggerak dan sebagai refleksi diri setelah selama dua minggu mengikuti kegiatan Pendidikan CGP yang kedepannya akan ditulis secara rutin selama dua mingguan sebagai tugas yang harus dikerjakan oleh calon guru penggerak.

Penulisan jurnal refleksi ini menggunakan model 1 yaitu model 4F (Fact, Feeling, Findings, dan Future, yang diprakarsai oleh Dr. Roger Greenaway. 4F dapat diterjemahkan menjadi 4P yakni : Peristiwa, Perasaan, Pembelajaran dan Penerapan.

1. Fact

Mulai dari mempelajari modul 1.1. tentang Mulai Dari Diri dan Eksplorasi Konsep di forum diskusi yang dipimpin dan dipandu oleh fasilitator, dari kegiatan Mulai dari diri dan Eksplorasi konsep ini saya mengetahui dan mulai memahami tentang pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang Pendidikan dan Pengajaran, saya diberi kesempatan untuk berdiskusi dengan sesama teman Calon Guru Penggerak.

Dua pekan sudah saya menambah wawasan, mengasah kemampuan melalui LMS tentang Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional -Ki Hadjar Dewantar. Serangkaian kegiatan yang dipelajari dalam LMS yaitu mulai dari diri , eksplorasi konsep , Ruang kolaborasi, pembekuan kontekstual, elaborasi pemahaman yang disampaikan oleh instruktur yang diadakan melalui Google Meet tentang pemahaman secara mendalam konsep dasar pemikiran Filosofis Ki Hajar Dewantara dan relevansinya dengan pendidikan abad 21 , koneksi antar materi, serta aksi nyata yang telah saya lakukan.

2. Feeling

Banyak hal yang saya rasakan selama menjalani Pendidikan Guru Penggerak ini diantaranya, perasaan senang dan khawatir. Perasaan khawatir dikarenakan dalam mengikuti pelatihan guru penggerak ini waktunya cukup lumayan lama. Hal yang saya takutkan yaitu jika saya tidak bisa menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan terutama terkait dengan kelambatan pengiriman tugas. Selain itu, karena tugas utama saya sebagai pendidik yang sangat saya kawatirkan yaitu tidak bisa membagi waktu baik di sekolah, keluarga atau organisasi yang saya ikuti.  Bukan cuma hal itu saja, masih banyak lagi kekhawatiran yang membuat saya sempat putus asa dan tidak semangat. Namun atas dukungan dari rekan-rekan kelompok CGP yang lain akhrinya kekhawatiran itu bisa teratasi dengan baik, meskipun terkadang rasa cemas dan panik itu tetap ada ketika teman yang lain sudah mengumpulkan tugas di lms namun saya belum menyelesaikannya sedangkan waktu pengumpulan sudah mendekati deadline. Namun Ketika down itu saya mengingat tujuan saya mengikuti guru penggerak yaitu ingin belajar memperdalam kembali tentang Pendidikan yang nantinya dapat saya tularkan kepada peserta didik maupun teman sejawat agar bisa mengikuti perubahan zaman yang semakin hari semakin berkembang. Kemudian dari sinilah timbul semangat yang tinggi, selain itu saya juga berusaha sebisa mungkin menjaga Kesehatan karena saya sadar akan banyak tugas dan tanggung jawab yang akan saya emban selama mengikuti Pendidikan guru penggerak ini. Berdo'a kepada Allah SWT semoga selalu diberikan kemudahan dan kelancaran dalam menjalankan tugas sebagai guru dan dapat menyelesaikan semua tugas guru penggerak dengan baik adalah hal utama yang setiap hari saya panjatkan,

Selain rasa khawatiran yang saya alami, saya juga merasa senang dan bahagia karena bisa mengikuti pendidikan guru penggerak ini sebab untuk bisa lolos seleksi tahap 1 dan 2 itu tidaklah mudah. Banyak sekali tantangan yang harus saya lalui baik dari segi waktu, tenaga maupun vinansial. Namun tantangan-tantangan itu tidak saya pedulikan sebab saya benar-benar ingin belajar dan mendapatkan pengalaman-pengalaman yang sangat berharga yang nantinya dapat saya tularkan kepada yang lain.

Dalam perjalanan mengikuti pelatihan guru penggerak ini saya sudah mulai menerapkan filosofis Ki Hajar Dewantara dalam pembelajaran di kelas. Pembelajaran yang berorientasi pada murid adalah pendekatan yang saya lakukan di kelas dimana saya memfokuskan pada kebutuhan, minat dan gaya belajar individu siswa. Saya juga melibatkan berbagai metode untuk memfasilitasi pemahaman dan penguasaan materi oleh setiap siswa secara efektif. Dari sinilah rasa kasih sayang saya terhadap siswa semakin bertambah. Saya tidak lagi memandang siswa yang sering bercanda, mengganggu teman-temannya, dan bermain-main di kelas sebagai siswa yang nakal dan harus ditegur, karena saya menyadari bahwa kodrat anak adalah bermain. Maka muncul ide untuk mengemas pembelajaran yang kaku menjadi sebuah pembelajaran yang menarik agar siswa bisa mengikuti proses pembelajaran dengan senang dan nyaman. Keinginan saya sebagai guru untuk menuntun kodrat alam dan kodrat jaman yang melekat pada siswa semakin besar. Saya ingin melakukannya dengan penuh kesabaran dan keuletan sehingga mereka bisa mewujudkan kebahagiaan dan keselamatan yang setinggi-tingginya.

3. Findings

Setelah mempelajari pembelajaran ini saya menemukan hal-hal baru yang sebelumnya masih samar dan kurang saya pahami yaitu tentang filosofis Ki Hajar Dewantara. Disini saya mendapat ilmu-ilmu baru yang sangat diperlukan untuk meningkatkan kompetensi saya sebagai seorang pendidik. Melalui 6 Dasar pemikiran ki hajar Dewantara saya merasa mendapat bekal yang tidak ternilai harganya.

Sebagai seorang pendidik, saya harus menuntun siswa dengan  segala kekuatan kodrat yang ada padanya, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat dengan mengacu pada trilogi pendidikan yaitu ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani.

Saya menyadari bahwa semua anak memiliki kodrat merdeka, oleh karena itu saya harus memberikan kemerdekaan kepada anak-anak untuk menyelesaikan tugas-tugasnya sesuai dengan minat, bakat dan kreatifitasnya agar mereka dapat mengembangkan potensi yang ada didalam dirinya. Selain itu, saya juga memberikan kebebasan siswa untuk memilih, berfikir dan bertindak sesuai dengan kehendaknya dan kemampuannya sendiri. Disini saya menekankan pentingnya memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan potensi dirinya dan bertanggung jawab atas tindakan dan keputusan mereka sendiri.

Sebagai pendidik saya harus memberikan bimbingan yang tepat, memberikan Batasan yang jelas dan mendukung perkembangan mereka dengan cinta dan tanggung jawab. Mendukung siswa untuk mengembangkan kemandirian, empati dan keberanian adalah penting dalam pendekatan Pendidikan yang seimbang. Selain itu, sebagai guru saya juga harus memandang murid bukan sebagai kertas kosong yang hanya perlu diisi dengan informasi. Mereka adalah individu yang unik dengan latar belakang, kepentingan dan pengalaman hidup masing-masing karena mereka juga lahir dengan kodrat yang samar. Tugas kita adalah menebalkan garis-garis samar itu agar dapat memperbaiki lakunya untuk menjadi manusia seutuhnya. Menerapkan budi pekerti yang luhur merupakan keharusan yang tidak dapat terbantahkan dengan cara mengintegrasikan setiap proses pembelajaran dengan pencapaian profil pelajar Pancasila yaitu beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri , bernalar kritis dan kreatif.

4. Future 

Saya melaksanakan hal terbaik didalam proses pembelajaran di kelas, agar tujuan pendidikan bisa tercapai dengan baik. Banyak hal yang harus saya benahi yang ternyata  selama ini tanpa saya sadari apa yang saya lakukan jauh dari kata sempurna jika dikaitkan dengan filosofis pemikiran Ki Hajar Dewantara .

Pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher center) harus segera diganti dengan pembelajaran yang berpusat pada murid (student center) agar tercipta pembelajaran yang  interaktif dan menyenangkan di dalam kelas. Dalam proses pembelajaran, saya sebagai guru  memberi kebebasan kepada siswa untuk menggali potensi yang dimilikinya agar mereka menemukan jati dirinya sehingga menjadi manusia seutuhnya. Mengarahkan bukanlah hal yang perlu dipertahankan tetapi kita harus merubahnya dengan menuntun siswa agar kodrat alam yang dimilikinya sejak lahir bisa berkembang kearah yang lebih baik dan kodrat zaman dimana mereka hidup saat ini bisa mereka dapatkan sehingga akan mempermudah siswa dalam mengatasi persoalan hidupnya dimasa kini ataupun masa mendatang. Sehingga siswa menjadi manusia yang berkarakter baik sesuai dengan kodrat alam dan kodrat jaman yang melekat pada dirinya.

Sekian pemaparan saya dalam refleksi dwi mingguan Pendidikan Calon Guru Penggerak.

Semoga bermanfaat

Salam Guru Penggerak

Tergerak Bergerak dan Menggerakkan

Disusun Oleh : Ningsih wiji Astuti, S.pd.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun