Mohon tunggu...
Dinar Setyaningrum
Dinar Setyaningrum Mohon Tunggu... Konsultan - Petualang

Penyuluh Industri Kemenperin

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Budaya Instan Bukan Budaya Kita, Budaya Kita Bekerja Keras

29 Agustus 2019   21:30 Diperbarui: 29 Agustus 2019   21:34 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Doc pri Ningdidien (Petani Organik Pagelaran)

Karena suburnya Indonesia sehingga menjadikan kita bermalas-malasan. 

Pribadi Ningdidien ( Hutan Pujon )
Pribadi Ningdidien ( Hutan Pujon )

Agama mengajarkan kita untuk bekerja keras. Bekerja dengan mengerahkan kemampuan fisik, pikiran, dan hati. Ini untuk mengaktualisasikan diri sebagai khalifah yang dituntut memimpin dunia. Hal tersebut tidak akan terealisasi dengan sendirinya, tetapi musti diraih, dikejar, dan diupayakan. 

Bumi diciptakan sebagai tempat untuk membanting tulang, sedangkan manusia bekerja di atasnya. Dalam Islam, bekerja keras adalah bekerja dengan sungguh-sungguh disertai tawakal kepada Allah SWT. Seperti sebuah syair yang sering kita dengar: 

"Bekerjalah untuk duniamu, seolah kamu hidup selamanya 

Dan bekerjalah untuk akhiratmu, seolah kamu akan meninggal esok".

Doc pri Ningdidien (Petani Organik Pagelaran)
Doc pri Ningdidien (Petani Organik Pagelaran)

Seperti nasihat Imam Syafi'i : " Berangkatlah, niscaya engkau mendapat ganti untuk semua yang engkau tinggalkan. Bersusahpayahlah, sebab kenikmatan hidup hanya ada dalam bekerja keras. Ketika air mengalir akan menjadi jernih, dan ketika berhenti akan menjadi keruh . Jika tak keluar dari sarangnya, singa tak akan mendapatkan mangsanya, sebagaimana anak panah yang takkan mengenai sasaran ketika tidak meninggalkan busurnya. Biji emas yang belum diolah sama dengan debu di tempatnya. Ketika orang berangkat dan mulai bekerja, dia akan mulia seperti bernilai emas."

Doc .pri Ningdidien (Pande Besi Kromengan)
Doc .pri Ningdidien (Pande Besi Kromengan)
 Saya sangat menyadari sebagai orang yang sangat awam di bidang agama. Bukan da'iah ataupun ustadzah, bahkan belum pernah nyantri, saya tidak akan banyak menganalisis, semata hanya menuliskan pandangan saya mengenai hal yang terjadi. 

Kembali lagi pada budaya instan. Mie yang berlabel instan saja masih perlu proses untuk menyajikannya. Artinya tidak ada hal instan yang dapat kita raih tanpa bekerja keras.

Doc.pri Ningdidien (Helpmie)
Doc.pri Ningdidien (Helpmie)

Penulis : Dinar Setyaningrum 

Sumber : Opini pribadi 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun