Celakanya, warung ini juga di hiasi dengan banyak buah durian. Kata bapak2 amat membosankan, apabila hanya menunggu kepiting dimasak tanpa aktivitas apa2. Nah, jadilah mereka membelah durian dari hanya sebuah lanjut menjadi dua buah dan seterusnya. Satu buah durian harganya Rp 40.000,-. Ada sih yang sebuah harganya cuma Rp 5000,- tapi metik sendiri, he he.
Di sekitar warung ini memang banyak pohon durian yang sedang berbuah. Pemandangan dari warung jadul ini sangat bagus. Ada bukit yang hijau, tebing yang juga hijau dan tepat di bawahnya karena warung ini nangkring diatas tebing ada rel kereta api wisata kuno jalur Ungaran Ambarawa. Saya namakan warung jadul karena meja kursinya asli kuno.
Lanjut lagi perjalanan kami, dalam hati saya deg degan, wah mau mampir makan di mana lagi nih....jangan-jangan habis ini giliran serabi, karena perjalanan hampir sampai sana. Syukurlah tiba2 hujan deras, selamat deh. Jelas kami nggak mampir makan serabi karena kalau hujan mau duduk di mana?
Kapokkah saya traveling dengan bapak2 yang kerjaannya hanya makan melulu? Ternyata tidak saudara2. Karena hal seperti ini sudah berulang saban kali. Kuncinya memang harus mampu menahan diri. Untungnya saya termasuk yang sangat disiplin menjaga ’kegemukan’ saya. Percaya tidak, makan siang tadi saya sengaja tidak makan nasi, lalu sate kambing,bakso dan durian juga sama sekali tidak nyicipi. Jadi, tugas saya di kelompok ini adalah hanya ’mbayari dan mresani’ mereka makan.
Jadwal trip selanjutnya : akhir bulan januari 2010 ke solo dua hari. Makan2 dan atau main air? Yang jelas pasti bukan belanja serbet...huh.
7 januari 2010
by : Aditya Indraningrum
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H