Mohon tunggu...
Aditya Indraningrum
Aditya Indraningrum Mohon Tunggu... -

sangat suka mengamati dan menulis perjuangan hidup rakyat kecil karena hanya itu yang mampu membuat hatiku tergetar

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Mencicipi Secangkir Jamu di "That's Life Jamu"

10 Maret 2011   10:33 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:54 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ya, layaknya sebuah café, tempat ini memang layak menjadi pilihan masyarakat disekitarnya yang ingin berobat sekaligus bersantai dan bersilaturahmi dengan tetangga sekitar. Jadi kalau di Jakarta ada café kopi ‘That’s Life Coffee’ tempat para eksekutif muda Jakarta bersantai sambil minum kopi maka tempat ini bolehlah dinamakan ‘That’s Life Jamu’. Di sana ada sepenggal cerita yang ternyata menggambarkan kehidupan sebagian besar masyarakat kita.

Lalu bagaimana dengan saya? Hari pertama saya kesana, ternyata saya tidak sesabar pelanggan lain yang rela antri berjam-jam. Satu setengah jam pertama, saya mulai gelisah dan akhirnya memutuskan pulang tanpa secangkir jamu. Baru pada hari kedua, saya berhasil mendapat secangkir jamu. Seharusnya, hari ketiga dan seterusnya, saya masih minum jamu tersebut, tapi lama-lama capek juga kalau harus antri berjam-jam, waktu habis terbuang hanya untuk antri. Alhasil, saya hanya sempat minum secangkir jamu. Sekali lagi, soal antri berdiri lama, ternyata saya kalah dengan budhe yang sudah sepuh. Lihat saja, dia bekerja berjam-jam sambil berdiri tanpa smpat duduk sama sekali. Belum lagi untuk menyiapkan segalanya. Entah, jam berapa dia mulai beraktivitas setiap harinya.

Lalu bagaimana dengan batuk saya? Kata si mbak, dengan kondisi batuk seperti saya biasanya dia cukup minum jamu dua kali, dan setelah itu batukpun reda. Hmmm….hingga tulisan ini dibuat kira2 seminggu setelah minum secangkir jamu, batuk saya masih saja betah menemani sekalipun sudah agak reda. Ya, bagaimana lagi. Ini bukan hanya soal berkhasiat atau tidak. Sekali lagi, ini masalah kepercayaan. Kalau percaya penuh ya pasti akan sembuh. Bukan begitu saudara-saudara?.

Tapi saya nggak menyesal, toh hanya dengan 2 malam ikut antri saya banyak mengambil pelajaran dari kehidupan masyarakat di sana. Ada nilai kerja keras tak kenal lelah dari seorang perempuan tua. Dan tentu ada nilai kepercayaan, kerukunan, kesederhanaan dari sebuah kehidupan desa yang tampaknya tidak akan tergerus oleh perubahan jaman.

by :aditya Indraningrum
jogja, 3 okt 2009

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun