Mohon tunggu...
Hani Rafiqo
Hani Rafiqo Mohon Tunggu... Guru - Ninghhani

Seorang guru yang sedang melatih kemampuan menulis dan berbagi pengetahuan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Belajar Bersama Si COVID-19

8 Maret 2021   12:56 Diperbarui: 8 Maret 2021   13:55 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu hari diakhir tahun 2019 putri saya yang berusia 3,5 tahun bertanya tentang apa itu Covid? Kenapa berita di televisi menyebutnya terus menerus. Dengan santai saya menjawab Covid itu flu biasa dan apa yang dia lihat di berita TV terjadi nun jauh disana. Nyatanya awal tahun 2020 si Covid mulai merebak di berbagai daerah di tanah air. Diterapkan kebijakan memakai masker saat berkegiatan diluar rumah. Di tempat tinggal saya 2 sampai 3 kasus muncul namun masih kategori zona kuning.  Hingga di bulan Maret 2020 sekolah - sekolah dari jenjang PAUD sampai PT ditutup. Pembelajaran dilaksanakan secara daring. Siswa dirumahkan tapi guru dan pegawai tetap masuk sesuai jam kerja. Kasus positif meningkat namun masih bisa di handle. 

Sebagai guru di sebuah SMP Negeri saya melaksanakan tugas dengan mengajar secara daring dengan berbagai keterbatasan. Benar ada banyak metode dan aplikasi yang bisa diterapkan untuk pembelajaran daring. Tapi hal tersebut tidak serta - merta mengatasi masalah. Kendala perangkat, sinyal, kuota dan kemampuan siswa menggunakan aplikasi menjadi masalah tersendiri. Di minggu - minggu awal pandemi bukan materi pelajaran yang saya ajarkan, tapi pengetahuan bagaimana menggunakan perangkat dan memanfaatkan grup WA untuk belajar. Saya juga mengenalkan kembali cara browsing kepada siswa. Agar mereka bisa mendapatkan refferensi lebih banyak untuk belajar.

Awal September 2020 direncanakan untuk tatap muka dengan menerapkan kebiasaan baru. Sekolah yang bagaikan rumah hantu setelah berbulan - bulan tidak ditempati pun harus di-setting sesuai ketentuan New Normal. Diantaranya maksimal 50% siswa saja dalam kelas, wajib pakai masker, jam belajar dikurangi, interaksi dibatasi dan kantin sekolah ditutup. Skenario awal yang memberi semangat kepada saya bahwa pandemi akan segera berlalu. Kenyataan di lapangan kasus meningkat, rencana tatap muka pun batal. Pembelajaran daring dilanjutkan dengan fokus menyajikan materi pelajaran lebih menarik. Karena anak - anak sudah diambang kebosanan sementara tuntutan belajar juga tetap mereka laksanakan. Peran Guru memberikan pendidikan kini juga harus bersinergi dengan orang tua agar siswa tetap semangat dalam belajar. Jangan sampai pandemi menghalani anak - anak kita meraih impiannya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun