Mohon tunggu...
Hani Rafiqo
Hani Rafiqo Mohon Tunggu... Guru - Ninghhani

Seorang guru yang sedang melatih kemampuan menulis dan berbagi pengetahuan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kelas Menulis Bonus Buku

25 Agustus 2020   08:05 Diperbarui: 25 Agustus 2020   09:24 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kelas Menulis

Di masa pandemic kita dituntut untuk tetap waras.  Caranya dengan melakukan hal - hal yang bisa memacu adrenalin. Tidak harus kegiatan ekstrem ya, menulis menjadi salah satu alternatif yang membuat otak tetap berpikir. Work from home memberikan waktu sela untuk melakukan sesuatu yang belum pernah kita lakuan atau sesuatu yang dulu kita tunda untuk dilakukan. Saya percaya setiap orang punya kemampuan atau bakat tertentu. Kita hanya perlu mendalami dan menggali apa sih yang sebenarnya kita kuasai. Kalau pun tidak ada yang anda temukan dalam proses penggalian ini. Kita bisa menumbuhkan sebuah keterampilan yang sedang kita minati. Saya pribadi suka menulis sejak SMP, sayangnya saya pemalu. Saya tidak pernah mempublikasikan tulisan saya. Alasannya tulisan tersebut belum layak untuk dibaca.

Awal tahun 2020 saya mulai rajin menulis di blog saya ninghhani.blogspot.com Tulisan -- tulisan tersebut hadir dari sebuah kelas menulis gratis yang saya ikuti. Kegiatan menulis ini dikerjakan di sela -- sela kesibukan mengajar di sekolah. Meskipun ada target untuk meresume setiap materi yang disampaikan 2 hari sekali lalu mempublikasikannya ke media social. Karena selain gratis kelas menulis yang saya ikuti ini tidak terlalu memaksakan peserta utuk menulis. Jika anda sadar silahkan menulis jika tidak pun tidak apa -- apa. Jadi benar -- benar tidak ada beban. Kelas menulis yang diselenggarakan via WAG ini bisa saya ikuti dengan mudah.

Setelah 1 bulan mengikuti kelas menulis yang menarik tapi masih kategori santuy. Saya tertantang untuk "lebih banyak" menulis. Bulan berikutnya saya terlibat dalam penulisan antologi bertema menumbuhkan karakter. Dalam waktu yang sama saya ikut lagi menulis antologi dengan tema lockdown. Setelah menulis antologi saya semakin mantap untuk bisa punya buku solo. Tapi bagaimana caranya? Saya juga tidak tahu mau menulis apa. Saya sering membaca novel lalu dengan gampangnya saya mengatakan pada diri saya, pasti gampang banget nulis novel karena kita pembaca novel.

Saat menemukan sebuah tautan menerbitkan buku secara gratis saya langsung tertarik. Di kelas ini kita di bimbing untuk menyelesaikan sebuah karya, bukan menulis dari awal. Itu sebabnya diawal pendaftaran ada persyaratan yang menyatakan bahwa peserta yang mendaftar minimal telah memiliki tulisan sebanyak 20 halaman. Peserta juga diminta mencamtumkan jumlah bab yang akan diselesaikan beserta jumlah halamannya. Lalu diberikan jangka waktu 10 hari untuk menyelesaikan semua bab yang kita targetkan. Luar biasa ternyata menyelesaikan naskah dalam waktu 10 hari bagi pemula seperti saya. Hari pertama kelas dimulai saya diminta menyetorkan tulisan hari pertama. Saya mendaftar dengan pernyataan sudah menyelesaikan 20 halaman dari target 100 halaman. Dan saya begitu syok saat mengecek folder novel yang saya maksud ternyata saya baru menulis 1 halaman saja. Sisa lainnya cuma judul saja. Tapi karena iming - iming terbit naskah gratis saya berhasil menyelesaikannya. Sebuah novel yang awalnya saya kira sudah saya draft dengan baik ternyata ujungnya malah tidak jelas. Tapi minimal saya sudah punya draft naskah yang siap jadi buku dengan cara  dipoles di banyak bagian

Setelah naskah selesai, yang berhasil menyelesaikan naskah sesuai jadwal mendpatkan reward ke kelas selanjutnya. Namanya kelas editing. Di kelas editing ini kita diberikan materi untuk bisa swa sunting naskah yang kita punya. Mulai dari penulisan tanda baca dan penggunaan bahsa yang baik dan benar. Tujuannya memudahkan editor dalam menyunting naskah kita. Kelas editing ini pun berhasil saya lewati. Hingga reward berikutnya bisa masuk ke kelas penerbitan, awalnya saya kira naskah yang sudah masuk akan di seleksi akan dipilih sesuai apa yang sudah diiklankan di awal. Ternyata para peserta justru diarahkan untuk menerbitkan bukunya secara self publishing. Sebenarnya tawarannya cukup menarik, dengan biaya yang kita keluarkan untuk menerbitkan buku kita juga bisa langsung mendapatkan promosi untuk buku kita. Penerbit bahakan menawarkan pembayaran biaya terbit itu menggunakan system downpayment. Namun saya memilih untuk berhenti sampai di kelas editing saja.

Apakah saya tidak mampu membayar? Toh selangkah lagi saya punya buku solo seperti yang saya cita - citakan. Uang jelas menjadi pertimbangan, tapi saya pribadi berpikir naskah saya belum siap untuk terbit. Dari pengalaman tersebut saya belajar kalau kita pemula memilih kelas berbayar bisa juga dipertimbangkan. Di kelas berbayar saya lihat materinya tersusun lebih rapi. Peserta juga mendapatkan bimbingan khusus sesuai genre tulisan. Konsekuensinya kita juga harus benar - benar serius menggarap buku yang akan kita buat. Bukan sekedar mengejar target tulisan cepat jadi. Agar tidak rugi waktu dan biaya yakinkan diri saat mengikuti kelas menulis berbayar kita benar - benar dapat ilmu baru dan bonus buku. Mungkin buku pertama kita tidak akan langsung terjual. Namun itu adalah langkah awal untuk buku - buku selanjutnya. Yuk kita buktikkan!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun