Mohon tunggu...
Nindya Permata
Nindya Permata Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas PGRI Kanjuruhan Malang

I'm a poet

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Benarkah Dalam Satu Puisi Tercantum Lebih Dari Satu Bahasa Kias?

16 November 2024   18:49 Diperbarui: 16 November 2024   19:19 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah menjadi ciri khas bahwasanya suatu puisi memiliki bahasa atau kata-kata yang indah. Setiap puisi yang kita temui baik melalui media sosial maupun langsung terkadang mengandung kata-kata yang sulit kita ketahui maknanya. Terkait hal itu tidak menutup kemungkinan harus menggunakan logika yang kritis untuk memecahkannya. 

Beberapa alasan di atas mungkin dapat menjadi suatu alasan mengapa puisi memiliki ciri berupa suatu gaya bahasa. Gaya bahasa dalam puisi disebut dengan bahasa kias atau yang paling umum didengar yaitu majas. 

Fungsi dari kata kiasan atau majas itu sendiri selain untuk menambah keindahan pada puisi, umumnya penyair juga biasa menggunakan majas sebagai wadah untuk menuangkan ekspresi dan imajinasinya. 

Majas itu sendiri juga memiliki banyak sekali macamnya, seperti hiperbola, simile, personifikasi, dan masih banyak lagi. 

Tentunya setiap majas juga memiliki pengertian dan cara pemakaian yang berbeda-beda. Setiap puisi biasanya juga menggunakan bermacam-macam majas, atau bahkan ada yang memiliki lebih dari satu majas. 

Lalu bagaimanakah cara agar kita dapat mengetahui majas apa yang terlampir pada suatu puisi? 

Untuk menjawab pertanyaan tesebut, langkah awal yang harus kita lakukan adalah melakukan analis dari gaya bahasanya. 

Berikut ini akan diberikan satu contoh puisi beserta analisis kata kiasan atau gaya bahasa yang ada di dalamnya. 

kumparan.com
kumparan.com

Dapat disimpulkan bahwa puisi di atas mengandung majas hiperbola. Majas hiperbola itu sendiri adalah suatu gaya bahasa yang menggambarkan sesuatu dengan berlebihan, bahkan sampai terkesan tidak masuk akal. 

Untuk mengetahui buktinya dapat dilihat dari beberapa alinea berikut. 

1) Dalam diriku mengalir sungai panjang 

Jika dilihat dengan logika tentu saja di dalam tubuh manusia tidak mungkin ada yang namanya sungai. Pada alinea tersebut memiliki maksud bahwa dalam tubuh manusia memiliki aliran pembuluh darah yang panjang. 

Penyair cenderung melebih-lebihkan dengan menggunakan kata "sungai" karena sungai itu sendiri juga memiliki aliran yang panjang. 

2) Dalam diriku menggenang telaga darah

Sama seperti yang sebelumnya bahwasanya tubuh manusia tidak memiliki telaga. Jika pada umumnya telaga adalah suatu tempat tampungan air, maka telaga yang dimaksud di sini yaitu tubuh manusia sebagai tempat tampungan darah. 

3) Dalam diriku meriak gelombang sukma 

Kata "meriak" itu sendiri memiliki makna bergerak. Tentu saja dalam tubuh manusia tidak memiliki gelombang. Alinea tersebut menjelaskan bahwa dalam tubuhnya memiliki jiwa yang bergejolak atau meluap-luap. 

Penyair menggunakan kata "gelombang" dikarenakan jika ada gelombang pada air maka semua bagian air akan ikut bergerak. 

Dari contoh di atas terbukti bahwa satu puisi bisa memiliki lebih dari satu majas yang sama atau berbeda. Sebelum kita melakukan analis seperti contoh di atas tentunya kuta juga harus mengerti dan paham akan pengertian macam-macam majas. Dengan begitu akan memudahkan kita untuk melakukan analis ke tahap selanjutnya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun